Beberapa tahun silam aku pernah berkunjung ke tempat wisata ini, namanya Telaga Sunyi, yang berlokasi di desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang dan masih masuk ke dalam wilayah Purwokerto. Ada sebuah alasan mendasar, mengapa aku sampai ingin kembali mendatanginya?
Mobil yang aku tumpangi, menempuh perjalanan kurang lebih 40 menit dari pusat kota, untuk sampai di pelataran parkir yang sangat luas dan asri. Tidak banyak perubahan yang tampak secara kasat mata. Aku segera turun dari mobil sambil membawa peralatan yang memang bakal dibutuhkan saat nanti di dalam.
Jalan setapak bebatuan dengan pinggiran pegangan tangan dari bambu, sekaligus menjadi pembatas atau pelindung buat pengunjung yang hendak masuk ke area dalam Telaga Sunyi. Pepohonan ditumbuhi daun yang rimbun memberikan kesejukan di balik teriknya matahari siang ini.
Bebatuan dengan kubangan air jernih yang tidak terlalu dalam, mengiringi langkah kakiku yang semakin lama semakin cepat, jujur aku ingin segera melihat Telaga Sunyi yang sekarang sudah berbeda dengan dulu saat pertama kali aku menapakkan kakiku di jalan bebatuan yang masih sama.
Langkahku yang tadinya terkesan buru buru, sekarang justru terhenti, memperlambat gerakan kakiku dan berusaha menggunakan indera pendengaran untuk menangkap suara di keheningan Telaga Sunyi, ya… suara itu semakin meyakinkan aku bahwa telaga ini sudah berbeda dengan yang dulu.
Sampai juga aku pada lokasi yang sebenarnya disebut Telaga Sunyi, aku memandang jernihnya air telaga dengan tatapan nanar. Dulu saat aku berdiri di tempat yang sama, aku bertanya kepada teman yang mengantar aku kemari, itupun aku lakukan dengan berbisik, dengan alasan tidak ingin merusak kesunyian.
” Aku boleh berenang? ”
Dengan tanpa melihat raut wajahku, temanku menjawab dengan lugas
” Kamu hanya boleh duduk di pinggiran telaga, meletakkan kakimu barang sedikitpun di air juga tidak diperkenankan ”
Saat ini, dalam bayangan yang jelas aku melihat “diriku” sedang duduk di tepian telaga, sama persis dengan wanita yang ada di foto aku sekarang, tapi bedanya aku tidak berpose di depan kamera. Dan ternyata benar apa yang aku lihat di salah satu postingan teman instagramer, dimana dia sedang menyelam di kedalaman, dan hari ini, sekali lagi coba perhatikan gambar di bawah ini, air bening di Telaga Sunyi yang dulunya sangat tenang dan hanya sesekali beriak karena tertiup angin, tapi sekarang justru menjadi kolam pemandian umum, dimana buat siapa saja boleh menenggelamkan dirinya di dalam beningnya air telaga.
Kembali bertanya kepada diri sendiri atau kepada siapa saja yang sempat membaca artikel aku kali ini. Apa yang menjadi alasan, telaga yang dulunya tidak memperbolehkan “orang umum” berenang alias hanya orang tertentu diperbolehkan, sekarang menjadi “bebas” dijadikan semacam kolam renang alam?
Aku sempat mempertanyakan hal ini kepada seorang bapak yang ada di pinggiran telaga, saat beliau bertanya apakah aku mau berenang? Tapi jawaban yang diberikanpun tidak jelas, dan mengatakan bahwa memang benar sekarang siapapun boleh masuk ke dalam air asalkan bisa berenang, bahkan yang tidak bisa berenangpun boleh meminjam ban pelampung yang disewakan.
Pertanyaan aku yang sedikit “kasar” tapi semoga tidak kontroversial, apakah hanya semata karena di daerah lain banyak kolam renang alam yang menjadi terkenal karena postingan di sosial media, oleh karena itu Telaga Sunyi di Purwokerto juga memperbolehkan semua orang berenang, sehingga bisa menjadi daya tarik seperti daerah lainnya? Benarkah begitu, semoga saja aku salah.
Aku masih menunggu jawabnya…Telaga Sunyi, engkau sekarang sudah tak sesunyi dulu lagi…
Bisa jadi aturan itu berubah untuk mengundang lebih banyak pengunjung, ko. Asal jaga diri, waspada, insya Allah aman sih. Apalagi ada pelampung untuk yang ga bisa renang.
iya sih Mas…aku tetap membiasakan buat permisi terlebih dahulu kepada alam atau tempat baru yang aku pijak. Terimakasih Mas
Nganu… dulu di desa kelahiranku juga ada telaga yang tidak boleh dipakai berenang, karena penunggunya minta tumbal, memang dari waktu ke waktu ada orang berenang yang ditemukan mati.
realitasnya, orang yang tenggelam itu memang ndak bisa berenang jadi mati tenggelam karena danaunya dalam dan airnya dingin seali, bukan karena penunggunya minta tumbal.
Sekarang telaga di desaku juga sudah ramai buat berenang, karena bocah sekarang pandai berenang.. mungkin alasannya sama ya…
iya bener juga sih kalau dilihat dari perkembangan sekarang ya, dimana memang factor tidak bisa berenang sehingga menimbulkan tenggelam adalah yang masuk akal, tapi dulunya jadi dikaitkan dengan mistis. Tapi semoga saja di balik maksud semuanya, meskipun tempat wisata itu sudah jadi ramai, tapi para pengunjung tetap menjaga kebersihan alam dan semuanya bias paham.
Wah sebenarnya kalau tetap dijaga sunyi, sakral dan agak misterius gitu malah unik dan punya daya jual tersendiri loh… IMHO
makanya itu kak, aku bingung apakah ini demi sebuah ramainya tempat wisata
jernih sekali ya airnya kak, mungkin beberapa bulan lagi bakalan rame tempat ini, kalau udah mulai rame begini biasanya tempatnya mulai kotor dan bisa saja airnya menjadi tidak sejernih dulu :(, semoga tetap terjaga ya…
kalau ada waktu berkunjung ke blogku juga ya kak 😀
wahhhh siap nanti aku jalan jalan ke blog kamu ya. thanks lho udah koment