Pulang kampung, artinya pulang ke kampung halaman. Beberapa dari kalian, mungkin sudah tahu, kalau kampung halaman aku adalah Kota Malang, dimana, tempat aku dilahirkan dan menetap di sana, sampai umur 18 tahun, karena selepas SMA, kuliah di Bali, dan setelah itu bekerja di satu perusahaan, yang membawa aku mendapat kesempatan untuk keliling Indonesia.
Tujuan pulang kampung kali ini, selain anterin orang tua, yang sudah lama nggak ke Kota Malang, aku juga sekalian pengen jalan jalan, sambil kulineran dan sedikit nostalgia, melewati jalanan, yang dulu sering aku lewati, semasa tinggal di Kota Malang.
Matahari belum juga muncul, aku sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta, Terminal 3, suasana masih lengang, beres check in, sambil menunggu, menikmati kopi hangat, di salah satu kedai kopi, yang sudah jadi tujuan dari sebagian besar pengunjung di sana.

Untuk sampai ke Kota Malang, perjalanan yang ditempuh juga cukup panjang, karena saat ini aku tinggal di Bandung, jadi dari kota kembang, naik mobil 2,5 jam, ke Cengkareng, lama di pesawat, tujuan Jakarta ke Surabaya, sekitar 1,5 jam di luar waktu tunggu di Bandara, dari Surabaya ke Malang, naik mobil lagi kurang lebih 1,5 jam. Untuk real time nya … start dari Bandung jam 2 pagi, sampai di Kota Malang jam 11.30 siang.
Lanjut check in di hotel, istirahat bentar, lalu aku memutuskan untuk jalan jalan, melintasi beberapa bangunan, yang dulunya rutin aku datangi, searah jarum jam: kantor dealer telkomsel, dimana aku pernah bekerja selama kurang lebih setahun di sini, sayang nya sekarang bangunan nya, sudah tidak terawat. Toko Avia, merupakan mini market yang legend banget di kota kelahiranku. Salon Jen Jen, sering ke sini, karena memang ini, salon langganan ibu aku, untuk urusan perawatan rambutnya, sampai sekarang juga masih buka. Soto Lamongan, salah satu kedai soto, yang aku suka, selain warung soto lainnya, yang juga enak, tapi beda rasa.

Pasar Rakyat Oro-Oro Dowo (atau yang lebih dikenal dengan Pasar Oro-Oro Dowo) merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di Kota Malang. Pasar ini dibangun pada zaman kolonial Belanda tahun 1932. Pasar ini berdiri seluas 3.400 meter persegi. Pasar ini menampung 251 pedagang yang tersebar menempati 71 kios serta 180 los. Pasar 2 lantai ini terletak di Jalan Guntur. (Sumber Wikipedia Indonesia)
Pasar ini, punya kenangan tersendiri buat aku dan keluarga, karena waktu jaman Sekolah Dasar, orang tua aku berjualan sembako, di salah satu kios yang ada di dalamnya. Meskipun sekarang, tampilan nya berbeda, tapi fungsinya masih sama. Pasar ini sekarang semakin rame, dan bahkan menjadi salah satu tempat kunjungan wisata, karena banyaknya makanan viral yang dijual.

Kalau yang ini, jalan Basuki Rahmat, tapi dulunya, kita bilang jalan Kayutangan. Sekarang jalanan ini disulap menjadi area kunjungan wisata, yang boleh dibilang mirip dengan Braga nya Bandung, Kota Lama Semarang. Di sepanjang jalan ini, banyak resto dan cafe unik, dan salah satu ikon nya, adalah Kampoeng Heritage Kajoetangan.


Kalau main ke kampung halaman aku, yang pasti jangan sampai terlewat, untuk mencicipi kuliner legend nya, tapi memang, banyak tempat makan, saat aku masih kecil, sampai sekarang, masih buka dan rasanya tetep bikin kangen, memang nggak semuanya bisa aku foto, tapi ini sebagian yang tercapture dan aku datangi.
Pecel Mustika, nama ini diambil dari nama penjualnya bu Mus. Sudah ada sejak 1964, berawal sepasang suami istri, berjualan di Jl.Panderman, depan SD-SMPK St.Maria II memakai gerobak di pinggir jalan. Seiring berjalan nya waktu, mereka memiliki warung, yang lokasinya di jalan Rajekwesi.

Kalau yang ini, makanan murah meriah, tapi dari sisi rasa, nggak perlu diragukan lagi, dulu jaman SMA, karena aku bersekolah di area ini, jadi sudah jadi langganan setiap jam istirahat untuk beli salah satu menu makanannya.
Sentra kuliner Dempo, lokasinya di Jalan Gede, Malang. Sangat dikenal luas. Kedai pedagang makanan dan minuman, percis ada di belakang tembok SMA Katolik St Albertus atau dikenal sebagai SMA Dempo. Ada banyak pilihan menu. Mulai dari es teler, es kelapa, es mocca dan lain-lain, juga ada gado-gado, dan salah satu menu andalannya: pangsit mie, dan lain-lain.

Ayam Panggang Mbak Sriono, lokasinya ada di Jalan Takuban Perahu, tapi di papan namanya ada tertera Mak Nyik (Nyik Sun) Kayutangan, dan berdiri sejak tahun 1970. Jadi ceritanya, awalnya mereka buka di Jalan Kayutangan, kemudian berpindah pindah di beberapa tempat, tapi masih di area tempat yang sekarang, sejak tahun 1990.
Menu andalan dan favorit, sesuai namanya, adalah ayam panggang dan sate ususnya, di samping itu, juga bisa mencicipi menu lain, seperti bebek goreng, ayam goreng, paru, babat, kikil, daging, usus sapi, rempelo ati, usus ayam, ceker ayam, bakwan hingga mendol (semacam olehan tempe), kalau aku, nggak ketinggalan buat pesan kuah jangan tahu dan orem orem nya.

Kalau yang ini, Kedai Rujak Manis & Es Degan Tidar Pak Iswaji, lokasinya ada di jalanan menuju Perumahan Tidar, setelah jembatan. Terkenal juga, tahu yang diberi bumbu petis. Buat yang pengen seger seger di siang hari, cusss mampir ke sini, karena termasuk recomended untuk dicoba.

Nah, ini sekilas cerita, tentang Edisi Pulang Kampung aku, sekaligus memberi gambaran dan rekomendasi, buat kalian semua yang pengen berkunjung ke kota kelahiran aku, serta mencoba kuliner yang enak enak. satu lagi yang tak ketinggalan, di kota ini, masih mudah ditemukan tanaman Blimbing Wuluh dan satu buah yang jarang ada di kota lain, yaitu Juwet. Kira kira ada yang tahu buah itu nggak?
