Teriknya matahari tak menyurutkan sedikitpun niat aku untuk mendaki Pulau Padar, yang memang sudah jadi bahan pembicaran sejak kapal boat yang aku tumpangi meninggalkan pelabuhan Labuan Bajo. Beberapa kapal lain nya juga sudah melemparkan jangkar tidak jauh dari bibir pantai, sesuai arahan dari orang kapal, maka aku berpindah ke perahu kecil yang akan mengantarkan aku untuk mendekati jalur trekking. Tak sampai 5 menit, aku sudah berdiri di hamparan pasir pantai dan siap untuk naik ke atas bukit dari pulau ini,
Jalur trekking terlihat jelas, menunjukkan bahwa sudah banyak orang yang menggunakan jalan ini setiap harinya, tanjakan awal cukup menjadi tantangan tersendiri, karena kita sudah harus mulai mendaki sejak dari bawah. Menyusuri jalanan yang merupakan tanah padat dan sedikit gersang, aku mengatur langkah dan tarikan napas supaya tidak terlalu cepat lelah.
Setelah tanjakan yang cukup tajam, aku berhenti sejenak untuk mengatur napas dan meneguk minuman dari botol yang aku bawa, dari sini sudah terlihat keindahan sisi lain dari pantai yang nampak dari kejauhan. Ini belum separuh jalan, gumamku dalam hati.
Aku melayangkan pandangan ke atas, terlihat beberapa orang yang sudah terlebih dahulu mendaki ke puncak bukit, aku yakin pasti bisa, melanjutkan langkah kaki ku dengan perlahan tapi pasti, teringat kata bijak dari seorang teman yang memang pendaki gunung “Nyo, kalau kamu naik gunung, jangan berpikir kamu pasti mencapai puncak, tapi berpikirlah bahwa kamu akan pulang dengan selamat”. Hal ini yang membuat langkahku semakin mantab.
Kurang lebih sekitar 30 menit aku berjalan sejak dari bibir pantai, akhirnya aku sampai pada titik di mana bisa melihat keindahan yang selama ini hanya aku dapat dari cerita teman atau postingan dari para traveler di akun instagram nya. Wow…amazing, sebuah anugerah dari Tuhan yang bisa aku lihat dengan mata kepala sendiri dan mengabadikan nya.
Seperti mendapatkan energi tambahan, aku kembali melanjutkan pendakian ke posisi yang lebih tinggi lagi, air di dalam botol minuman masih tersisa sepertiga bagian, cukuplah untuk aku minum saat di puncak nanti. Dan ternyata memang benar, semakin tinggi aku mampu mendaki bukit ini, semakin indah pemandangan yang bisa aku lihat. Aku duduk di salah satu batu, menghabiskan air minum dan merasakan sebuah kenikmatan saat berada di puncak Pulau Padar.
Tak berapa lama aku mendengar teriakan dari arah bawah, kapal segera akan berangkat menuju tempat wisata yang lain, sedikit terasa berat untuk meninggalkan keindahan ini, tapi aku berpikir suatu saat akan bisa kembali lagi. Aku berlari kecil tapi tetap berhati hati, karena jalanan menurun dan tanah yang kering kadang juga masih menyisakan pasir. Melewati beberapa teman yang masih asik berpose dan mengambil gambar, aku bergegas kembali ke arah kapal.
Sebelum meninggalkan pulau Padar, tepat di ujung jalan menuju arah kembali ke pantai, aku membaca tulisan “Terimakasih Anda Tidak Membuang Sampah” dan untungnya botol minuman yang sudah habis isinya masih ada di dalam gengaman tangan aku.
Catatan perjalanan ini aku tulis saat bulan Mei bersama teman teman Travel Blogger Indonesia yang bekerja sama dengan Asita NTT dalam rangka #ExploretheDiversity dengan mengunjungi Labuhan Bajo dan sekitarnya
Pengen lagi ke siniiiii
iya kak, benar benar bikin kangen…
Wah pak…. Komennya naik sampe 30 menit bikin ketar ketir… Kyknya lbh berat dari Atuh ya?
santai aja Bu, nanti kita nggak buru buru kok, jangan lupa bawa dress ya buat foto di atas hehe
Kooo, aku mau ke sana tapi gendong yaaaaa…
ayooo kak indri, tak gendong kemana mana…
Puasin aku kak puasain aku hahah
Emang parah yooo viewnya semoga segera kembali.
sini kak. aku puasinnnn hehe…