Setahun sudah berlalu dan sekarang aku berada di pertengahan bulan Januari 2016. Sambil duduk menikmati kopi di sore hari, aku membuka laptop dan mulai melihat folder album foto perjalanan yang telah aku jalani selama 2015. Banyak yang bilang
“enak banget bisa jalan jalan terus”
“kerjaan nya apa sih Mas, kok kayaknya jalan jalan melulu”
“Mas, kerja di Travel Agent ya?”
Kebetulan sampai pertengahan tahun lalu, aku masih berprofesi sebagai orang yang bekerja di sebuah perusahaan Telekomunikasi tapi bisa menyalurkan hobby sebagai traveler, karena sering ditugaskan ke beberapa daerah di luar pulau. Tapi di samping itu, dimana awalnya sekedar menyalurkan hobby dan ingin mengeksplore keindahan negeri sendiri, tahu tahu justru menjadi kecanduan untuk terus melakukan perjalanan, ke mana pun itu tujuan nya asalkan masih merupakan destinasi di Indonesia.
Beberapa trip yang aku lakukan kadang harus menempuh jalur yang penuh tantangan, tetapi aku selalu berpikir bukan kendala dari tantangan tersebut, tapi lebih berpikir sederhana bahwa gimana caranya bisa menikmati semua perjalanan, atau lebih gampang nya aku selalu bilang “hidup itu sudah susah, kenapa kita nggak bikin hidup ini lebih mudah” atau kata lain nya menyederhanakan hidup dan istilah keren nya Live Simply.
Pandangan mataku kembali ke laptop, catatan albumku di tahun 2015 diawali dengan melakukan perjalanan yang di luar kebiasaan, yaitu mendaki Gunung Galunggung, bersama teman teman Open Trip HKR (Hantu Kepala Rimba), sebuah pengalaman yang tak terlupakan karena pertama kali belajar memasang tenda, dan ternyata di jaman sekarang memasang tenda tidak sesulit yang aku bayangkan seperti pada saat ikutan kegiatan pramuka di bangku Sekolah Dasar dulu. Kemajuan jaman membuat orang akan belajar menyederhanakan segala sesuatu sehingga menjadi lebih simpel
Dari trip pendakian, di bulan yang dikenal orang dengan bulan kasih sayang, tapi sebenarnya setiap bulan juga bisa dibilang penuh kasih sayang, loh kok malah ngelantur. Kali ini aku berkesempatan untuk melihat keindahan sebuah air terjun yang terletak di Kabupaten Banyumas, tepatnya di Lereng Gunung Slamet, yang diberi nama Curug Cipendok. Segarnya air yang mengucur dari ketinggian 92 meter dan jatuh ke sungai, memberikan kesegaran buat jiwa maupun raga kita. Dan boleh dipercaya air yang berasal dari pegunungan adalah air yang baik untuk kesehatan.
Bulan Maret adalah bulan yang membuat aku semakin sadar bahwa passion aku selain jalan jalan, juga menulis, di bulan ini dalam sebuah perjalanan ke Aceh, dimana tidak ada bayangan sama sekali aku bakal bisa menginjakkan kaki di kota Serambi Mekah dan titik nol dari negeri kita tercinta yang ada di kota Sabang. Aku dipertemukan dengan beberapa teman yang sampai sekarang masih sering jalan bareng, melakukan pertemuan sekedar hanya duduk ngopi seperti yang aku lakukan sekarang, walaupun tanpa ditemani mereka, blogger yang menjadi inspirasi aku untuk kembali menuliskan catatan perjalanan.
Masih di bulan yang sama, tepatnya di minggu terakhir. Hanya karena keinginan segelintir teman yang mempunyai keinginan mencapai tujuan wisata yang sama, akhirnya tanpa pikir panjang kita menghubungi seorang guide yang ada di kota Makasar untuk menanyakan berapa biaya untuk kami berempat yang ingin mengexplore Tanjung Bira, sekali lagi hidup dibikin sederhana saja, harga cocok dan sesuai dengan apa yang kita inginkan, yuk berangkat…
Gunung Merapi yang berada di Kabupaten Sleman, kawasan Yogyakarta, menjadi lanjutan perjalanan aku di bulan April 2015. Boleh dibilang ini merupakan trip yang mengalami beberapa kendala cuaca, tetapi karena jumlah peserta yang berpartisipasi cukup banyak, jadinya tetap seru dan asik aja. Yang jadi pembelajaran adalah saat bertemu dengan warga lokal di Gunung Merapi yang areanya rusak karena letusan gunung berapi yang sampai saat inipun masih aktif, tapi mereka bisa merubah musibah menjadi berkah, hanya karena sebuah penyederhanaan hidup.
Pertengahan Mei, sebuah perjalanan yang bakal aku ingat sampai kapanpun, dan sampai sekarang pun kalau ditanya “destinasi mana yang paling berkesan” aku selalu jawab “semua perjalanan mempunyai kesan yang berbeda, tapi kalau harus memilih satu dari semuanya, aku akan menjawab Wakatobi” Apa alasannya? Merupakan perjalanan yang membutuhkan usaha dan kesabaran, dimana aku harus berada di dalam kapal rakyat selama 13 jam untuk bisa menyaksikan keindahan alam nya. Tapi jujur semuanya terbayar saat aku explore bawah laut, goa kristal yang di dasarnya terdapat kubangan air jernih dan pantai yang ada di sana.
Hidup benar benar tidak dapat diprediksi, aku sebagai manusia berusaha menjalani semua dengan berusaha lebih baik setiap harinya. Di bulan Juni di tahun 2014 dan 2015, aku dipertemukan dengan sebuah trip yang tujuan nya sama dan tanggalnya hanya berbeda satu hari, yang jadi beda adalah dengan siapa aku pergi dan cerita yang aku dapat selama perjalanan. Ora Beach di Maluku Tengah adalah tujuan nya. Satu lagi yang bikin berkesan, saat bertemu dengan Pak Ali, warga desa Sawai yang jadi penggerak bagi kalangan muda peduli lingkungan dengan mengembangkan penanaman bakau untuk menyelamatkan ekosistem demi anak cucu nya kelak. Tidak berpikir muluk muluk dan menerapkan konsep penyederhanaan hidup melandasi beliau untuk mengerjakan hal tersebut.
Dari sebagian catatan perjalanan di tahun 2015, aku semakin belajar banyak tentang hidup dari pertemuan dengan teman teman selama trip, warga lokal yang selalu memberikan inspirasi, terutama tentang kesederhanaan hidup dan bagaimana menyederhanakan hidup sehingga bisa menerapkan pola hidup yang tidak rumit tetapi bisa menikmati hidup ini dengan lebih baik.
“LIVE SIMPLY” yang merupakan tagline dari kampanye sebuah produk minuman air mineral MOUNTOYA, memberikan sebuah rangkaian kata yang sangat cocok buat aku dan sekarang ini juga sudah aku terapkan, dimana melakukan sebuah perjalanan sebagai traveler, aku berusaha menyederhanakan segala sesuatu yang terjadi selama trip dengan mencari solusi yang terbaik.
Di samping itu, dalam setiap perjalanan terutama yang memerlukan tantangan untuk mencapai lokasi, misalnya harus melakukan perjalanan yang ber jam jam, trekking, atau sekedar aktifitas selama trip seperti berjemur di pantai apalagi snorkling yang menjadi kewajiban kalau bertemu dengan keindahan bawah laut, membuat aku tidak dapat melupakan akan penting nya air putih. Dan di sini MOUNTOYA sudah memberikan solusinya, dengan kualitas brilian dan dikemas sederhana nan elegan tanpa label plastik sehingga ini benar benar ramah lingkungan sehingga cocok dibawa ke mana saja tujuan nya
MOUNTOYA berada di bawah naungan PT. TOYAMILINDO berdiri pada tahun 1990, bertempat dijalan Raya Klayan, Cirebon, karena peningkatan pemasaran yang tinggi, maka PT. TOYAMILINDO berupaya meningkatkan kapasitas produksinya. Hal itu berimbas pada berpindahnya lokasi PT. TOYAMILINDO ke Jalan Pangeran Cakrabuana pada tahun 1994, semenjak tahun 1994 hingga kini PT. Toyamilindo tetap eksis memproduksi MOUNTOYA sebagai Air Minum dalam kemasan dengan keunggulan kualitas dan pelayanan yang baik.
Sumber Air Mineral Mountoya Berasal dari Pegunungan Ciremai Desa Cipanas Kab. Kuningan, dengan kandungan mineralnya sangat tinggi. di produksi menggunakan mesin berteknologi tinggi dan modern sehinggan kualitas dan kehigienisnya tetap terjaga, dengan kerja keras yang dilakukan MOUNTOYA meraih sertifikasi standar internasional ISO 22000 dan pH 7,28 (menurut Departemen Kesehatan, pH yang baik ada di kisaran 6,5 – 8,5, di bawah itu air bersifat masam dan tidak baik bagi tubuh kita yang pH-nya sendiri sekitar 7).
Dengan pemaparan di atas, aku semakin yakin untuk menggunakan MOUNTOYA sebagai asupan air baik di rumah maupun selama perjalanan, karena ditunjang dengan kemasan yang ramah lingkungan dan tampak elegan, dan tentunya sebagai pengingat bahwa hidup jangan dibikin rumit. LIVE SIMPLY aja.
PT. TOYAMILINDO – INDONESIA
Jalan Pangeran Cakrabuana
Sumber – Cirebon
Jawa Barat
Telpon : +62 231 321879
Email : info@mountoya.co.id
Website : www.mountoya.co.id
Jangan lupa follow akun sosial media dari MOUNTOYA di :
Fanpage : Mountoya
Instagram : @mountoya.id
Twitter : @mountoya
Youtube : Mountoya