Perairan Taman Nasional Komodo pagi ini sangat tenang, aku masih terlelap dan tertidur nyenyak di dalam kamar yang ada di kapal pinisi “Noah”. Entah sudah berapa kali alarm handphone yang kupasang semalam berbunyi. Nyatanya, aku baru terbangun ketika salah seorang teman menyibak tirai kamar, sambil meneriakkan sebuah kalimat “sarapan sudah siap, jam 06.00 kita jadi berangkat ke Batu Balok “. Sontak aku terbangun dan melihat jam berapa sekarang, masih ada waktu sekitar 35 menit.
Aku segera naik ke atas kapal, mengambil beberapa tangkup roti untuk asupan makan pagi, kemudian bergegas mandi. Untungnya tidak terlambat untuk berkumpul di pinggiran kapal dan naik ke perahu kecil yang akan mengantar aku menuju Kampung Rinca, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.
Dermaga Pasir Panjang masih lengang, jembatan kayu memanjang menjorok ke laut, kapal kecil yang aku tumpangi bersama teman teman blogger merapat. Kami naik satu persatu dan memang harus bergantian, karena kondisi jembatan yang sedikit tampak mulai rapuh dimakan waktu.
Ucapan Selamat Datang di Kampung Rinca terpampang di depan papan kayu, terpasang persis di depan perkampungan warga yang memiliki 435 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 1563 jiwa. Jajaran rumah warga nampak rapi dan terasa sejuk dengan banyaknya pepohonan di pekarangan.
Setelah berbincang sejenak dengan penduduk setempat, sekaligus meminta ijin buat berkunjung ke tempat wisata Batu Balok, yang mana akses jalan masuknya harus melintasi perkampungan warga. Sebagian warga kampung Rinca mengolah ikan ikan kecil diasinkan dan dijemur, kemudian hasilnya akan dijual di luar daerah, sehingga saat hendak memulai perjalanan, tercium aroma ikan asin tersebut.
Jalanan bebatuan yang sudah dirapikan dengan semen masih aku tapaki sampai terlihat satu rumah di dekat perairan Kampung Rinca, tapi setelah melewati bangunan tersebut, aku mulai menginjak tanah kering yang mengantarkan masuk ke dalam hutan yang saat ini masih belum banyak yang mengetahuinya. Karena memang lokasi wisata ini masih baru diperkenalkan kepada kami.
Beruntungnya aku bersama teman blogger saat berkunjung ke sini, cuaca sangat bersahabat, sehingga jalanan yang memang berupa tanah padat dan terkadang tertutup oleh dedaunan kering yang mulai gugur dari pohonnya, sangat nyaman buat trekking. Ada sesuatu yang menarik perhatian, saat melewati gundukan tanah dengan beberapa lobang di atasnya. Ternyata tempat itu merupakan lokasi penyimpanan telur dari Burung Gosong, dimana burung ini salah satu satwa yang tinggal di hutan Kampung Rinca. Selain menjadi lokasi penyimpanan telur burung gosong, kadang direbut oleh Komodo untuk menempatkan telurnya juga.
Hampir 45 menit aku bersama teman teman berjalan di dalam hutan, kadang jalanan setapak tahu tahu menanjak dan mulai terlihat bebatuan besar harus aku lewati. Beberapa teman mulai nampak kelelahan, sehingga diputuskan untuk berhenti barang sejenak, untuk mengumpulkan kembali energy yang masih tersisa, sekaligus meluangkan waktu untuk minum air dari botol yang telah dibawa masing masing.
Perjalanan kami lanjutkan, kali ini jalanan makin menanjak, dan di pinggiran tanah miring mulai terlihat batu yang berbentuk balok dengan ukuran yang berbeda beda. Jalanan setapak yang tadinya hanya berupa tanah, sekarang mulai dipenuhi bebatuan yang ukuran nya besar besar. Bahkan ketika hendak sampai di lokasi Batu Balok, kami semua harus berjalan merunduk, karena ada pohon besar yang melintang di jalan, tapi mau nggak mau harus kami lewati.
Wow…amazing, ternyata yang dinamakan Batu Balok adalah secara harafiah yang sebenarnya batu yang bentuknya kayak balok, dimana secara kasat mata aku bisa melihat langsung batu tersebut, saling menempel satu dengan lainnya, dan ukurannya besar dan panjang sekali. Kalau dipikir secara logika, rasanya rada sulit dipercaya kalau batu berukuran seperti yang nampak di foto, bisa berada di ketinggian
Ternyata di balik onggokan batu balok tersebut, ada cerita legenda yang sangat menarik untuk disimak. Konon dulunya di kampung ini ada seorang pemuda bernama Rinca, tanpa sengaja bertemu dengan seorang putri dari Flores yang cantik jelita bernama Fryda. Melihat paras ayu putri tersebut, Rinca berusaha meminang putri tersebut. Gayung seakan bersambut, sang putri tak sanggup menolak, tetapi mengajukan sebuah permintaan “bangunkan aku istana dan semuanya harus selesai sebelum ayam berkokok esok hari”. Rinca menyanggupi permintaan sang putri, segera dia menggunakan ilmu yang dimilikinya, dengan dibantu “kroni kroni” nya segera membangun istana. Saat dini hari, Putri Fryda melihat pembangunan istana tersebut hampir jadi, jadi takutlah dia, karena sebenarnya dia tidak mencintai Rinca, bersama para dayangnya segera membuat perapian di sebelah Timur, sehingga menimbulkan asap yang menandakan hari sudah menjelang pagi, terdengarlah suara ayam berkokok, oleh karena itu “kroni kroni” dari Rinca berpikir fajar segera menyingsing, mereka meninggalkan tugasnya. Istana yang seharusnya akan selesai menjadi berantakan dan yang tertinggal adalah batu balok berserakan dimana mana. Begitulah cerita legenda dari Batu Balok.
Oiya, ada seseorang di balik cerita legenda tersebut di atas dan sampai aku bisa mencapai lokasi wisata Batu Balok. Sosok yang punya semangat membara dalam memperkenalkan wisata di Taman Nasional Komodo, keramahan dan tak hentinya bercerita tentang keindahan pulau ini adalah Uncle Loius. Siapa Uncle Louis, bapak yang masih berjiwa muda ini sudah memiliki 4 orang anak, sebagai Polisi Hutan, beliau dulunya juga bertugas sebagai “ranger” jika ada wisatawan ingin melihat komodo. Banyak pelajaran yang aku dapat dari beliau selama perjalanan Petualangan Alam Komodo, terimakasih Uncle yang sudah sabar menemani kami semua selama 2 Hari 1 Malam Live on Boat.
Senangnya bisa ikutan Petualangan Alam Komodo di Labuan Bajo bersama teman teman blogger, atas prakarsa Kementrian Pariwisata. Mempromosikan Labuan Bajo sebagai salah satu dari destinasi “Bali Baru” yang sekarang sedang dipercepat pembangunannya, sehingga target kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara yang ingin dicapai, bisa terealisasi.
Woohoo!!! Mantap ceritanya!! Punya potensi tapi masih banyak hal yg perlu ditingkatkan agar si Batu Balok ini siap menjadi destinasi wisata yaaa…
Bener banget…semoga dengan banyaknya wisatawan dating kemari, sehingga batu Balok semakin berbebah
keren banget ceritanya ko.
jadi makin tertarik aja nih buat eksplor langsung ke sana haha
walter, kamu harus ke sini, karena banyak hal yang pasti kamu suka. Pendakian tidak terlalu berat buat kamu, tapi pemandangannya keren banget
itu batu balok kira2 panjang berapa meter kak? amazing sekali 😀
kalau dikira kira ada yang panjang nya lebih dari 10 meter lho … benar benar amazing kak
Hebat Mas Sinyo! Aku suka banget cerita tentang Batu Balok! Hehe what an adventure! I wish I could have understood the story they were telling!
aloooo Daniel, thanks buat comment nya, yang pasti sangat happy bisa dapat kesempatan untuk jalan bareng
Fryda, kamu plin plan … anyway, foto2nya ciamik kokoh 🙂
widow…kasian Fryda yang plin plan ya kang hehe
Kayak legenda Roro Jonggrang juga ceritanya ya Ko. Batunya ajaib sih emag bentuknya. Kalau ga baca blog post ini kayaknya ga bakal ngerti ada batu balok di sana 😀
wahhh nia, thanks ya sudah mampir, aku juga baru tahu kalau ada wisata batu balok di Labuan Bajo.
Wah baru tau kalo ada tempat seperti ini di Flores.
Thanks infonya koh. 😀
iya, masih banyak tempat baru di Labuan Bajo, perlu diexplore lebih dalam lagi