Kalau sudah pernah mendengar kata Artotel atau setidaknya melihat bangunan nya, maka langsung terlintas gambaran sebuah hotel yang artistik dan unik. Pengalaman aku berkunjung dan menginap di Artotel Jakarta dan Surabaya, membuat rasa penasaran ketika hotel ini akan membuka cabang di Bali. Beberapa bulan belakangan, seringkali muncul teaser di akun instagram @ilove_artotel berkenaan dengan pembangunan Artotel Sanur, aku semakin ingin segera bisa melihat langsung seperti apa jadinya.

Wow…ini hotel nya, berhenti di pelataran parkir Artotel Sanur, bergegas turun dari mobil yang menjemput aku dan memperhatikan tampak depan bangunan hotel ini, dominasi warna coklat dan abu abu sebagai aksen yang ditimbulkan oleh balkon dari masing masing kamar yang menjorok ke depan. Warna coklat didapat dari potongan kayu yang saling berkait satu dengan lain nya. Ketika hendak masuk ke dalam, terlihat satu karya seni yang diletakkan persis di samping tangga masuk ke dalam hotel, dengan warna merah yang mencolok diberi nama Orca Dance, secara orang awam, aku pun bisa melihat bahwa bentuknya adalah dua ikan yang sedang menari.


Puas melihat bangunan depan secara keseluruhan, aku masuk ke lobby dan seperti biasa melakukan proses check in, mirip dengan bagian luar, ternyata area dalam hotel pun tetap didominasi warna coklat, sehingga yang aku tangkap cabang ini konsepnya lebih mengarah ke elegant dan tidak terlalu colourfull seperti dua cabang sebelum nya. Di belakang dan atas meja receptionis nampak potongan kayu dengan bentuk yang sama dengan bagian luar bangunan.

Sambil menunggu proses check in, aku melihat sekeliling area lobby, dan di sini aku menemukan salah satu ciri khas dari konsep hotel ini adalah adanya ruang galeri, sekali lagi aku memperhatikan potongan kayu warna coklat yang ternyata hampir di semua sudut bangunan bentuknya sama. Persis di atas ruang Galeri jika kita menengok ke atas, nampak artwork dari Pintor Sirait yang terbuat dari besi sehingga pada saat mau menaikkan ke atas perlu beberapa orang menariknya, dikarenakan sangat berat. Warna kuning, hijau dan biru melambangkan Area Sanur secara keseluruhan yang menggabungkan matahari, laut, pepohonan dan langit.


Gerobak kayu persis di depan meja reception, nampak jadi pemanis ruangan, beberapa souvenir handmade berlogo Artotel dijual disini, mulai dari mug, agenda sampai kaos yang bisa dijadikan oleh oleh atau kenang kenangan saat pulang nanti, makanya aku juga memutuskan untuk membeli saat check out saja

Staff Receptionis menghampiri aku sembari mengembalikan kartu identitas yang aku berikan tadi. Dengan senyum yang ramah, memberitahukan bahwa kamar buat aku masih belum ready, tapi ini aku maklumi karena sekarang masih pukul 09.00 pagi. Sambil menunggu kamar disiapkan, aku dipersilahkan untuk menikmati breakfast di ROCA Restoran. Restoran ini terbagi menjadi 3 bagian ruangan, mulai dari terbuka, semi terbuka dan tertutup. Uniknya restoran ini, mural nya ada di langit langit dari papan kayu dengan ukuran yang berbeda beda


Menu breakfast disajikan secara prasmanan dan tentunya bervariasi, mulai dari sajian buah dan salad, beberapa jenis makanan utama salah satunya macaroni, menu dimsum, youghart, wafle dan juga ada croisant. Untuk pilihan minuman ada teh, kopi, juice dan air mineral





Tak berapa lama saat aku sedang menikmati sarapan pagi, ada sosok cantik menghampiri aku. Dengan senyum sumringah, memperkenalkan diri, “Dina” (manager on duty) ,akhirnya ketemu juga, sebelum nya hanya sempat ngobrol lewat chating online. Sambil menikmati kopi hangat sebagai penutup makan pagi, obrolan kami mengalir dari mulai berita selebrity, politik dan tentunya dapat masukan tentang konsep hotel Artotel Sanur. Seperti misalnya Quotes yang dipakai di Bali adalah “Not All Who Wander Are Lost” sekaligus terungkap juga dominasi warna coklat dari potongan kayu yang ada di mana mana serta tangga dari lantai satu sampai lima yang bentuknya berbeda dengan Artotel cabang lain nya. Jadi tema dari Artotel Sanur diusung dari event tahunan besar yang diadakan di Pulau Dewata yaitu Festival Layang Layang sehingga potongan kayu itu berbentuk layang layang dan jumlahnya sebanyak 4.650, makanya di Artotel Sanur ada ribuan layang layang



Kamarnya ready, kunci sudah di tangan dan aku segera naik ke lantai 4, karena memang aku menempati kamar di lantai tersebut. Mbak Dina mengantar aku sekaligus menawarkan untuk melihat kamar di lantai lain. Alasan nya sangat mendasar, karena di setiap lantai mural dan artis hand artwork nya berbeda beda, aku juga jadi penasaran. Untuk saat ini tipe kamar yang ditawarkan adalah Type 30 yang artinya luas ruangan 30 m2, nantinya akan ada Type 40 dan 55, wah kebayang khan gedhenya seperti apa.
Masuk ke dalam kamar 411 yang akan aku tempati selama 2 malam, langsung suka, kesan pertama yang aku rasakan adalah luas, bersih, nyaman, bikin betah. Semakin senang karena ada balkon yang bisa melihat pemandangan area Sanur dari ketinggian. Masih berpatokan pada tema Layang Layang, mural di kamar lantai empat berupa gambaran awan, di mana layang layang akan terbang di langit cerah yang “berawan”. Hand Artwork ini dikerjakan oleh Valasara. Untuk tipe kamar ukuran 30 meter persegi ini, lay out hampir sama semua, yang pasti ada lemari, tempat tidur, sofa di pojok, balkon dan meja untuk bekerja. Ayooo, liatin satu satu gambar kamar aku sebelum kita pindah ke kamar lain ya…





Dari lantai 4 kita turun ke lantai dua, nah artis yang mengerjakan lantai ini adalah Natisa Jones, perhatikan dengan gambar yang lebih girly untuk mural di dinding nya, tapi tetap sentuhan tema layang layang masih melekat, bisa terlihat seorang gadis sedang berlarian kecil. Oiya untuk kalian yang menginap berdua dan tidak mau satu ranjang, bisa memilih kamar dengan ranjang twin, yang seperti dibawah ini. Oiya aku belum cerita tentang ranjang nya, boleh kalian rasakan sendiri saat menginap di sini, gimana empuk dan enaknya ranjang di Artotel Sanur, yang pasti bikin kita malas beranjak saat keesokan harinya.





Setelah melihat lantai empat dan dua, aku masih penasaran dengan lantai yang lain nya. Masuk ke kamar selanjutnya, makin bikin excited, kamar dengan dominasi warna putih karena mural yang dibuat hanya dengan menggunakan warna black and white tapi justru lukisan nya lebih rumit. Hand Art Work dikerjakan oleh Kemalezedine, kalau mengintip dari website artotel di www.artotelindonesia.com gambar yang disajikan merupakan “rerajahan” menurut istilah masyarakat Bali.




Untuk kamar mandi alias bahasa keren nya bathroom, di masing masing kamar semua bentuknya sama, ukuran luasnya sudah tidak perlu diragukan lagi, tetap mempertahan warna minimalis, putih dan abu abu, sehingga tampak elegan

Saking asiknya berkeliling area hotel, pas nengok jam di tangan, waktu menunjukkan pukul 3 siang, aku memutuskan untuk bersantai di ROCA Restoran. Memilih tempat duduk di bagian yang terbuka, ketika matahari tidak terlalu terik sehingga aku tidak merasa gerah, dan asiknya bisa melihat jalanan sambil memperhatikan orang yang lalu lalang. Memesan kopi dan fish and chip, serta dessert yang memang recomended yaitu lumpia dan strwaberry cheese cake, pastinya yummy banget, seriusan kalian harus coba.





Semua pesanan makanan tidak tersisa sedikitpun, selain rasanya enak, suasana di restonya sangat mendukung. Hari menjelang sore, aku memutuskan untuk naik ke Rooftop, tapi mampir ke kamar sebentar untuk berganti pakaian. Dari kamar, aku tinggal naik tangga satu lantai saja. Area ini yang menjadi salah satu andalan dari Artotel Sanur, dimana kita bisa menikmati aneka minuman dan snack di BART yang ada di samping kolam renang sekaligus bersantai. Kolam renang tidak pernah sepi sepanjang hari apalagi pada saat cuaca cerah, karena sebagian besar tamu yang menginap di sini tidak menyia nyiakan waktu untuk berjemur atau memang berniat buat berenang.






Aku menghabiskan waktu di kolam renang sampai malam tiba dan kembali ke kamar untuk menikmati ranjang di kamar yang sudah siap membuat aku terlena.
ARTOTEL SANUR