Kata Fotografi dan Fotografer sudah tidak asing buat aku, atau bahkan buat orang lain. Kalau ditanya apa aku suka difoto? Jawaban nya sudah jelas dengan lantang aku berteriak “IYAAAA”, karena tidak mungkin bisa memungkiri hal tersebut, jika orang melihat akun instagram aku. Nah, kalau ditanya apakah aku seorang fotografer? Jawaban nya TENTU TIDAK, tapi sekarang aku justru melakukan “pekerjaan” yang dilakukan oleh seorang fotografer. Sebenarnya hal tersebut tidak ada masalah, karena siapa saja juga punya hak sebagai fotografer meskipun ybs tidak mengklaim dirinya secara profesional, termasuk aku.
Seperti biasa, secara berkala aku selalu menyempatkan untuk membuka artikel dari Qubicle yang bisa diakses dengan meng klik link http://qubicle.id/home ; ada sebuah bahasan yang membuat aku tertegun sejenak dan langsung ingin sedikit mengulas nya, karena secara tidak langsung mengusik hati kecilku serta memberikan sebuah pertanyaan, apakah aku juga melakukan hal tersebut. Bahan cerita yang ditulis oleh Agan Harahap dengan judul Project Mercury ( http://qubicle.id/story/project-mercury-2 )

Agan Harapan memberikan ulasan sederhana mengenai hal yang berhubungan dengan FOTO, secara gambaran singkat yang aku tangkap sebagai berikut:
“Fotografi adalah sebuah representasi dari realita dan obyektif, jika sang fotografer hanya sekedar membidik dan memencet tombol kamera, dalam konteks ini kamera tidak akan berdusta. Namun kenyataan nya fotografer adalah individu yang mempunyai opini, penilaian, kepercayaan dan lain sebagainya sehingga saat membidik dan memencet tombol kamera akan membawa kadar subyektifitasnya sendiri, ditambah lagi dengan keterkaitan era sosial media yang semakin membentuk dan menggiring opini publik tentang sebuah hasil foto”
Berkaitan dengan apa yang sudah disampaikan oleh Agan Harahap tersebut, sesuatu yang telah aku kerjakan belakangan ini sangat berhubungan erat, dimana aku sebagai “fotografer” mengambil gambar, kemudian dengan teknik fotografi melakukan editing, selanjutnya meng upload ke sosial media milik aku dengan tujuan membuat orang yang melihat foto tersebut akan menyukai nya. Beberapa contoh hasil foto yang telah aku edit bisa kalian lihat di bawah ini:




Dengan melihat perbandingan dua contoh foto di atas, setiap orang akhirnya berhak memberikan pendapat, apakah hasil foto tersebut Obyektif atau Subyektif?
Satu lagi nih, aku nggak akan pernah angkat cerita seperti ini kalau tidak membaca atau membuka link Qubicle. Jadi bener banget kalau dibilang Qubicle sangat memberikan dan membuka wawasan aku mengenai hal hala yang masih ada hubungan dengan tema dari blog aku. Kalian ingin merasakan hal yang sama, ayo follow akun sosial media nya :

Facebook : Qubicle
Twitter : @Qubicle_id
Instagram : @Qubicle_id
Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCXyUiI8vNTrFRzOk77jid7g
Beda banget koh. Itu mah namanya…..
Beda apanya Adlin hehe…
Aku sudah mampir ke Qubicle dan join jadi member nya lho setelah membaca artikel koko yg membahas Qubicle sebelum ini. Yang aku suka dari Qubicle adalah adanya artikel yang ditulis langsung oleh mereka yang memang kompeten di bidangnya. Seperti Agan Harahap yang koko ceritakan di atas.
Ini menarik banget, karena kita jadi bisa mendapatkan ilmu dan wawasan baru dari mereka yang memang ahlinya. Selain juga memungkinkan kita untuk bergabung sebagai kontributor.
tergoda gegara kak kokoh 😆
Qubicle ini keren banget, bisa nambah wawasan dan mendengar langsung pengalaman dari sang ahli. Aku langsung follow akun socmed mereka!
@molly wah seru banget dah kalau kita bisa gabung bareng di qubicle ya…pasti wawasan kita akan bertambah. sipppp
Interesting insight Koh!
Tapi, baik subyektif atau obyektif, skill fotografi tetep harus diasah, imho 😁
wah setuju banget kalau itu wulan…tetep harus bisa moto ya
Ah, info baru ini, terima kasih Om. Akan saya coba kulik Qubicle 🙂
Rifqy, thanks banget udah mampir ya, dan follow qubicle deh, pasti dapat manfaatnya