Sianida tidak hanya membunuh Mirna

36
428
Qubicle_Logo
Logo Qubicle

Pertama kali tahu tentang Qubicle, adalah ketika tanpa sengaja melihat Iklan di televisi yang menayangkan beberapa anak muda berprestasi di bidang nya masing masing seperti Andien, Rio Haryanto, Nicholas Saputra dan masih banyak lagi. Iklan tersebut membuat aku penasaran, karena sepanjang iklan berjalan beberapa waktu wajah tokoh muda ditutupi dengan kotak kubus, dan ternyata setelah aku coba cari tahu, kotak kubus tersebut merupakan logo dari Qubicle.

Dari rasa penasaran tersebut jutru sekarang aku jadi kecanduan untuk selalu mengintip apa yang ada di http://qubicle.id/ setiap saat di kala aku butuh informasi. Karena selain artikel nya beragam dan menarik tapi disajikan dengan simpel dan gampang dicerna, sehingga saat membacanya tidak terasa berat, padahal topik yang diangkat sangat berbobot. Selain hal yang mendasar di atas, sebagai seorang travel blogger tujuan saya membaca adalah untuk menambah wawasan dan kosa kata, di samping itu Qubicle juga merupakan wadah dimana nanti nya saya juga mempunyai kesempatan untuk bisa menuangkan karya saya agar dapat memberikan inspirasi buat para pembaca lain nya.

Sebagai contoh, ada sebuah artikel yang judulnya membuat saya ingin tahu dikarenakan salah satu kata dari judul tersebut merupakan kata yang lagi hangat diperbincangkan yaitu http://qubicle.id/story/kini-surga-dulu-sianida ya SIANIDA dan apa hubungan nya dengan Surga.

Terumbu Karang
Surga di Desa Les, Kabupaten Buleleng

Jadi judul artikelnya adalah : kini SURGA dulu SIANIDA, cerita diangkat oleh Rita Istiana sang penulis, tentang sebuah desa yang bernama Les di Kabupaten Buleleng, untuk sampai di sini dari kota Denpasar diperlukan waktu kurang lebih 3 jam, sepanjang perjalanan kita bisa menikmati keindahan tiga danau di Bali, yaitu Bedugul, Buyan dan Tamblingan.

Aku sendiri belum pernah berkunjung ke Desa Les yang merupakan desa ikan ramah lingkungan yang sudah terkenal sampai mancanegara. Konon ceritanya, sebelum tahun 1982 warga lokal hanya berprofesi sebagai nelayan ikan konsumsi, justru nelayan dari pulau Jawa yang mencari ikan hias di perairan desa Les. Hal ini mendorong nelayan Les untuk belajar menjadi nelayan ikan hias, dari mulai empat sampai tujuh orang yang berubah menjadi nelayan ikan hias, sekarang jumlah nya semakin besar.

Awalnya nelayan ikan hias menangkap ikan dengan menggunakan jaring tradisional, tetapi seiring dengan permintaan pasar semakin meningkat pesat dan tergiur dengan cara yang lebih mudah, para nelayan menggunakan Sianida. Tanpa mereka sadari penggunaan sianida  yang berlangsung cukup lama berakibat buruk bagi ekosistem laut, secara perlahan terumbu karang Desa Les semakin rusak, ikan hias dan ikan konsumsi berkurang drastis. Nelayan desa Les akhirnya harus menangkap ikan hias jauh dari kampung halaman nya karena untuk memenuhi kebutuhan hidup nya.

Untung nya hal ini masih bisa terselamatkan, ketika beberapa LSM pencinta lingkungan berhasil melakukan pendekatan kepada tokoh nelayan ikan hias dan menyadarkan mereka atas dampak buruknya sianida. Pada tahun 2001, sianida mulai ditinggalkan dan nelayan ikan hias kembali menggunakan jaring tradisional dan bahkan memilih bahan jaring yang lembut, agar tidak merusak karang yang direhabilitasi. Kelompok nelayan ikan hias dibentuk dan dilakukan standarisasi penangkapan ikan hias yang ramah lingkungan.

Saat ini Desa Les selain menjadi desa nelayan ikan hias, juga menjelma sebagai desa wisata selam yang menarik. Hal ini dibuktikan langsung oleh sang penulis ketika berkesempatan untuk menyelam, menyaksikan keindahan soft dan hard coral sekaligus melihat tebaran jaring lembut dari nelayan ikan hias yang turun ke bawah laut.

Desa Les
Nelayan ikan hias dan jaring tradisional yang lembut

Artikel ini menambah wawasan aku dan bahkan menimbulkan keinginan untuk segera berkunjung ke Desa Les. Satu hal lagi yang merupakan pengetahuan berharga, bahwa Sianida tidak hanya bisa membunuh Mirna, tapi juga “membunuh” ekosistem laut.

Nah, aku sudah merasakan manfaat yang sangat berharga dari Qubicle. Bagaimana dengan kalian? Ingin tahu lebih jauh tentang Qubicle, ayo follow akun sosial media nya :

Facebook : Qubicle

Twitter : @Qubicle_id

Instagram : @Qubicle_id

Youtube : https://www.youtube.com/channel/UCXyUiI8vNTrFRzOk77jid7g

 

36 COMMENTS

  1. Mantap… Sudah di pastikan Sianida itu zat berbahaya.. Selamatkan ekosistem laut demi anak cucu kita di masa depan. Maju terus Kokoh ??

  2. Wah aku bahkan baru tau ada tempat sebagus ini di Buleleng. Thanks infonya ya, weekend besok bisa bawa anak-anak kesini sebagai tujuan baru.

  3. Saya suka sekali ikan hias .. membaca bahwa ada cara menangkap ikan dan memelihara habitat tetap lestari sungguh menginspirasi.

  4. Wah ternyata Qubicle buka wawasan kita ya ??
    sangat sangat membantu dengan memberikan informasi menarik…ok bakal sering mampir dah ???

  5. Tulisan yang informatif deh mas 🙂

    Aku boleh request untuk contoh kasusnya dicari lebih banyak lagi, karena mungkin di tiap pulau di Indonesia juga melakukan hal yang sama atau bisa lebih buruk karena supply & demand tidak seimbang akibat sifat konsumtif masyarakat Indonesia.
    Nice work mas, happy writing!!

  6. Wah kebetulan nih, aku lagi cari info tentang tempat menyelam di Bali, yang agak di luar kebiasaan. Aku harus tandain nih, untuk nyobain nyelam di sekitaran desa Les 🙂 *langsung cek qubicle juga*

  7. Baru tau ada Desa Les yg memiliki keindahan alam luar biasa, padahal sering banget ke Buleleng secara Bapak asli Buleleng …. thanks infonya Koko… benar-benar menambah pengetahuan ini. Thanks Qubicle…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here