Sampai juga aku di Kampung Tanjung Batu yang berada di Kecamatan Pulau Derawan, jam menunjukkan pukul 4 sore. Kampung yang mempunyai total luas kawasan sebesar 2.982,59 km persegi, terdiri dari ekosistem darat dan perairan ini, juga memiliki potensi daya tarik wisata yang berasal dari sumber daya alam seperti kawasan Mangrove dan pantai yang berprospek untuk dapat dikembangkan sebagai model pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat yang ada di Berau.
Jalanan setapak yang juga merupakan jogging track dari Kawasan Mangrove Kampung Tanjung Batu seluas 3,69 ha yang meliputi 42 jenis Mangrove, dengan usia rata rata pohon mencapai ratusan tahun. Dari potensi yang sangat bagus ini, maka Konsorsium Yayasan Javlec Indonesia mengandeng pejabat dan masyarakat setempat, saat ini membangun Pusat Informasi Mangrove.

Pusat Informasi Mangrove ini mengarah kepada Ekowisata, dimana merupakan suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya masyarakat setempat.
Kampung Tanjung Batu, menjadi lokasi yang dipilih untuk pengembangan Ekowisata dengan konsep pengelolaan oleh masyarakat yang kemudian disebut Ekosistem berbasis masyarakat (Community Base Tourism) adalah berkelanjutan sampai pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan dengan menggunakan prinsip konservasi dan partisipasi masyarakat.

Aku masuk ke dalam area Mangrove, sambil melintasi jembatan kayu memanjang yang sangat bagus. Inilah bukti nyata dari proyek yang dikerjakan oleh Konsorsium Javlec Indonesia didukung oleh MCA-Indonesia. Proyek inilah yang diharapkan mampu menjadi solusi keberlanjutan pengelolaan Mangrove yang sudah ada, oleh karena perlu dibangun Pusat Informasi Mangrove (PIM).
Pembangunan Pusat Informasi Mangrove (PIM), seperti yang aku sampaikan di atas, dibantu juga oleh masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat pengelolaan kawasan Mangrove ini sudah dilibatkan sejak awal merancang. Kemudian rancangan ini juga melibatkan pemerintah desa, kecamatan dan pemerintah daerah.

Pengembangan Ekowisata di Kampung Tanjung Batu, diharapkan juga mampu menjadi daya tarik wisatawan baik local maupun mancanegara yang ingin ke Pulau Derawan, melakukan kunjungan ke Ekowisata Mangrove yang ada di Kampung Tanjung Batu, yang mana lokasinya merupakan salah satu pintu masuk ke Kepulauan Derawan.

Masyarakat sekitar yang dilibatkan dalam proyek Pusat Informasi Mangrove adalah termasuk masyarakat setempat, terlihat saat aku melintasi jembatan kayu. Beberapa orang sedang melakukan penanaman mangrove, saling bahu membahu untuk keberhasilan proyek ini.

Perlu aku sampaikan di sini, bahwa Kampung Tanjung Batu merupakan salah satu desa di Pulau Derawan ini merupakan Taman Pesisir yang ada di Kabupaten Berau. Penetapan Taman Pesisir Kepulauan Derawan, sesuai dengan visi Kabupaten Berau sebagai “Daerah unggulan di bidang agribisnis, tujuan wisata dan energy terkemuka untuk kesejahteraan masyarakat”
Sedangkan visi dan misi Taman Pesisir itu sendiri sebagai berikut, Visi: “Terwujudnya Taman Pesisir Kepulauan Derawan yang menjamin kelestarian ekosistem pesisir dan laut guna menunjang pariwisata dan kesejahteraanm masyarakat”, Misi: “Mengatur tata guna wilayah pesisir dan laut secara efektif dan mengembangkan upaya pemanfaatan sumberdaya di Taman Pesisir Kepulauan Derawan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan”

Dengan adanya visi dan misi yang jelas, ditambah lagi dengan potensi yang dimiliki oleh Kampung Tanjung Batu ini, maka diharapkan area ini bisa menjadi salah satu tujuan wisata yang wajib dikunjungi seperti layaknya Derawan, Maratua dan beberapa pulau lainnya. Jika hal ini berhasil diwujudkan, maka akan ada pemasukan untuk Pemerintah Desa, melalui BUM Kampung sebagai pengelola PIM yang diharapakan juga mampu mendorong peningkatan ekonomi masyarakat Tanjung Batu.
Pendataan kondisi Mangrove di Kampung Tanjung Batu, dilakukan di dua lokasi antara lain di kawasan Baluntung dan Mangkarangau, dipilihnya kedua lokasi itu karena habitat mangrove di area ini tumbuh dan hidup ideal karena letaknya di teluk, sehingga terlindung dari aksi gelombang dan juga adanya pergantian penggenangan masa air laut dan masa air tawar.

Dengan penjabaran di atas, aku rasa sudah jelas buat kita semua, mengapa di area Kampung Tanjung Batu ini sedang dibangun Pusat Informasi Mangrove? Sekarang yang jadi pemikiran, bagaimana caranya agar Ekowisata ini menjadi dikenal seperti Derawan dan Maratua, sehingga para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, nantinya akan meminta untuk datang ke obyek wisata PIM.

Sambil berjalan masuk ke dalam, aku melihat pemandangan yang makin indah, jajaran kayu yang saling mengait membentuk jembatan, melintasi tanaman Mangrove dan perairan. Warga setempat, Kepala Kampung bekerja sama dengan Konsorsium Yayasan Javlec Indonesia yang didukung oleh MCA-Indonesia, ingin segera mewujudkan keinginan bersama untuk memperkenalkan Pusat Informasi Mangrove sebagai Ekowisata di Kabupaten Berau.

Kebetulan juga saat aku berada di lokasi Pusat Informasi Mangrove, bisa secara langsung bertemu dengan Kepala Kampung dari Tanjung Batu, Bapak Jordis. Beliau menyampaikan beberapa rencana ke depan yang akan dilakukan untuk membuat Pusat Informasi Mangrove ini semakin bagus dengan penambahan kelengkapan fasilitas pendukung, sehingga mendatangkan banyak pengunjung dan dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat sekitar Kampung Tanjung Batu.

Dari semua yang aku lihat dan perhatikan selama berada di Kampung Tanjung Batu ini, sudah tampak jelas bahwa semua lapisan masyarakat yang ada di sini beserta jajaran pemerintahan yang terkait, sudah sepakat dan bahu membahu dengan Yayasan Javlec Indonesia yang didukung oleh MCA-Indonesia untuk secara serius mewujudkan Ekowisata di Kabupaten Berau yang sudah aku sebut berkali kali yaitu Pusat Informasi Mangrove.

Tak terasa sudah hampir 2 jam aku berada di Pusat Informasi Mangrove, rasanya waktu berjalan cepat dan aku merasa masih ingin berlama lama di sini. Matahari di ufuk Barat mulai akan menghilang, rona merah menyebar mengembang, lembayung senja menyambut datang, dan tak ada kata yang paling keras terdengar, kita semua butuh pulang.

keren suheng—boleh kemping gak di situ?
ke depan nya akan ditambah beberapa fasilitas, semoga ada camping ground juga ya Mas Novi
Wuih..komplit ulasannya. Makasih ya Koh… Top dah.
Asikkkk, karena aku juga sambal belajar, dari kunjungan tersebut aku bisa jauh lebih mengerti semua tentang Mangrove dan semoga Pusat Informasi Mangrove ini makin bagus ke depannya.