Yess…ini kali kedua aku diajak untuk join dalam acara Media Familiarization Trip bareng Pop Hotels, pertama di Jakarta dan sekarang di Yogyakarta tepat nya bareng Pop Hotel Timoho. Acara ini di “organised” oleh deSADE dream holiday dengan tema “Journey Back In Time”
23 November 2016
Salah satu cafe di Bandara Halim Perdana Kusuma menjadi tempat pertemuan semua peserta yang bakal ikut berangkat ke Yogyakarta. Peserta kali ini cukup bervariasi, ada dari kalangan media, instagramer dan beberapa blogger. Sekitar pukul 06.30 pagi aku sudah sampai di tempat meeting point. Beberapa wajah ada yang aku kenal, “cipika cipiki” tak terelakkan dan acara perkenalan menjadi semakin seru karena hampir semua nya sudah berkumpul.
Proses check in pesawat telah diatur oleh pihak penyelenggara, sehingga tanpa harus menunggu lama aku bersama temen temen yang lain langsung boarding. Perjalanan selama kurang lebih satu jam kami manfaatkan buat melanjutkan istirahat, karena semua pastinya bangun pagi dan masih pada mengantuk.
Masih setengah sadar ketika aku merasakan roda pesawat telah menapak landasan Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta. Turun dari pesawat kami menuju area luar dari bagian kedatangan. Sebuah bus dengan tempelan baleho POP! Hotel Timoho sudah siap membawa kami ke hotel untuk melakukan registrasi.
Belum terasa lama kami duduk di dalam bus, sekitar 15 menitan ternyata sudah sampai di depan bangunan hotel yang mengusung misi “a budget hotel for smart and eco-friendly travelers”. Seperti biasa kami sang kaum narsis segera mengambil posisi terlebih dahulu untuk foto bersama.
Kami mendapat kesempatan untuk masuk ke kamar hotel terlebih dahulu. Waktunya memang tidak terlalu lama, tapi cukuplah buat cuci muka dan menambah daya baterai untuk hape dan kamera.
Setelah semuanya kembali berkumpul di lobby, kami mendapat beberapa penjelasan singkat mengenai Pop Hotel Timoho. Dimana hotel ini merupakan POP! Hotel yang ketiga di kota Gudeg, di bawah naungan TAUZIA Hotel Management. Mengangkat konsep lobby terbaru, Pitstop dengan atmosfer cafe lounge dan convenience store yang buka 24 jam.
Team deSADE juga menjelaskan trip seharian yang bakal kami jalani. Yogyakarta dikenal cukup banyak memiliki peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi sejarah maupun arsitektural nya. Oleh karena nya, kami semua akan dibawa mengunjungi beberapa tempat yang masuk dalam rute “Journey Back In Time”
Okay…sekarang siap berangkat, tujuan pertama adalah Museum Benteng Vredeburg yang hanya berjarak sekitar 15 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Benteng yang berada di Jl. Ahmad Yani no 6, Ngupasan, Gondomanan ini dibangun pada tahun 1765 oleh Pemerintah Belanda untuk menahan serangan dari tentara Keraton.
Museum Benteng Yogyakarta ini, semula bernama Benteng Rustenburg yang berarti Benteng Peristirahatan yang dibangun tahun 1760 di atas tanah Keraton. Atas izin Sri Sultan Hamengkubuwono I, sekitar 1765 – 1788 bangunan disempurnakan dan selanjutnya berubah nama menjadi Benteng Vredeburg, yang mempunyai arti Benteng Perdamaian.
Pada tanggal 16 April 1985 bangunan ini dipugar kembali menjadi Museum Pejuangan dan dibuka untuk umum pada tahun 1987. Kemudian pada tanggal 23 Nopember 1992 resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama “Museum Benteng Yogyakarta.
Puas berkeliling di area museum, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat ibadah umat Buddha yang ada di Jl. Brigjen Katamso no 3, Prawirodirjan, Godomanan. Vihara Buddha Praba atau yang biasa disebut Klenteng, bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1846 oleh masyarakat China di Yogyakarta, hal ini diperkuat dengan keterangan pemberian hadiah bangunan suci kepada istri Sultan Hamengku Buwono II yang keturunan Cina. Nama asli klenteng ini adalah Hok Tik Bio
Berdasarkan papan nama dan elemen elemen patung yang terdapat pada bangunan ini, maka tempat suci ini memiliki dua fungsi sebagai Klenteng Konghucu dan Vihara Buddha.
Saking asiknya melihat dan mengagumi dua bangunan yang sarat nilai sejarah, kami semua tak menyadari kalau sudah waktunya jam makan siang. Untungnya pihak penyelenggara acara sudah mengatur dengan baik. Oleh karenanya ketika kami semua sudah berada di dalam bus, disampaikan bahwa tujuan berikutnya adalah Cangkir 6 yang berada di Jl. Bintaran no 16, Mergangsan.
Sebuah restoran dengan nuansa Yogyakarta yang sangat kental terlihat langsung dari bentuk bangunan utama berupa Joglo. Lokasinya strategis, asik buat hangout, jenis makanan khas Jawa mulai dari gudeg, bakmi Jawa sampai dengan wedang bajigur. Area restoran sangat luas sehingga cocok buat acara gathering, reuni, acara kantor maupun arisan.
Setelah perut sudah diisi dan energi kembali bertambah, semangat kami semakin menjadi. Apalagi setelah diberitahu, untuk mencapai tujuan berikutnya kami menggunakan kendaraan tradisional Yogyakarta yaitu becak, meskipun sekarang sebagian sudah dikasi motor dan tidak dikayuh secara manual.
Dari Vihara, sekarang kita diajak mengunjungi tempat ibadah umat Katolik. Tidak jauh dari lokasi restoran di Jalan Bintaran Kidul No. 5. Gereja Santo Yusup merupakan hasil karya arsitek J.H. Van Oi Jen. Gereja ini dulunya sering digunakan sebagai tempat pertemuan atau rapat para pejabat negara seperti Presiden Soekarno dengan Mgr Soegiyapranoto. Pada masa perjuangan kemerdekaan, gedung ini juga digunakan sebagai tempat pengungsian atau perlindungan masyarakat sekitar.
Gereja Santo Yusup mengacu pada gaya arsitektur Eropa, dibangun dengan landasan beton, bentuk atap nya melengkung, di depan nya ada lonceng. Beberapa ruangan ada di dalamnya seperti ruang gereja, aula, dan ruang pasturan. Ada bagian yang sangat unik dari gereja ini dimana di dinding depan terdapat hiasan roda dengan lingkaran cincin sekaligus sebagai ventilasi udara berjumlah tujuh buah.
Masih menggunakan becak motor, kami beriringan menuju lokasi perjalanan yang berikutnya, tapi kali ini bagi kami semua terasa lebih relaks. Karena memang 4 tempat sebelum nya nilai sejarahnya tinggi sekali. Bukan nya yang sekarang tidak mengandung nilai sejarah, tapi tujuan kami adalah ke Museum Batik dan mendapat kesempatan untuk belajar membatik. Seru banget khan.
Museum ini adalah Museum keluarga Hadi Nugroho dan R. Ng.Jumima Dewi Sukaningsih yang dinyatakan sebagai Museum Batik pertama dan terlengkap di Yogyakarta pada tahun 1973 dan diresmikan pada tahun 1979. Merupakan museum non pemerintah atas inisiatif Bapak Hadi dan istri dengan didukung oleh para sahabat dan keluarga besar.
Museum batik ini mempunyai visi dan misi untuk melestarikan teknik dan pengetahuan tentang batik, serta mendokumentasikan motif motif batik yang ada. Oleh karena saat rombongan kami sampai di sana, diajak berkeliling dan dijelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan batik dan berlanjut dengan keseruan kami membatik dengan menggunakan alat tradisional yaitu Canting.
Hari menjelang senja, masih ada satu tujuan yang harus kami selesaikan, yaitu berkunjung ke Markas/Kantor Endank Sukamti, mungkin banyak yang masih belum tahu, tapi setidak nya pernah mendengar namanya. Grup musik asli Yogyakarta beraliran punk yang berdiri pada bulan Januari 2001 dengan anggota Ari (drum), Dory (gitar), Erix (bas dan vokal)
Nama grup musik ini diambil dari dua nama wanita yang memiliki kesan dalam kehidupan personilnya. Kata “Endank Soekamti” dapat juga diplesetkan dari idiom “enak sekali”. Mengawali dengan manggung di seputaran Yogya dan Solo terutama acara kampus, merilis debut album pertama pada tahun 2003 dengan nama Kelas1, hits lagunya “Bau Mulut” dengan label indie sampai akhirnya mampu menembus kontrak dari Warner Music Indonesia pada tahun 2007 untuk album ketiganya.
Matahari di Yogyakarta sudah menghilang dan berganti dengan bulan yang menyapa kami, wajah wajah lelah tapi penuh sukacita atas perjalanan sepanjang hari ini menjadi bahan celotehan kami. Sebelum balik ke hotel, kami menghabiskan sisa malam dengan makan di Kedai Kebun Forum yang ada di Jl. Tirtodipuran No. 3
24 Nopember 2016
Sengaja aku bangun lebih pagi mendahului kebanyakan teman lain nya, tapi badan terasa segar karena kualitas tidur yang nyaman tentunya di Pop Hotel Timoho. Oiya untuk lokasi hotel ada di Jalan IPDA Tut Harsono no 11. Sangat strategis, hanya beberapa langkah dari gedung Balai Kota. Hanya berjarak 5 menit berkendara untuk sampai ke Stasiun Kereta Lempuyangan, Stadion Mandala Krida, Museum Pakualam. Mau ke Malioboro hanya memerlukan waktu 10 menit. Dan aku sudah membuktikan sendiri, dari Bandara hanya sekitar 15 menit.
Pop Hotel Timoho menawarkan sesuatu yang baru berupa atmosfer lobby yang berbeda dengan konsep baru dari Pitstop, menggabungkan suasana cafe lounge + convenience store yang ditujukan untuk menjawab trend pasar yang senantiasa berubah. Yang amazing area ini dibuka bukan hanya untuk pengunjung yang menginap di hotel saja, melainkan juga untuk umum dan buka 24 jam.
Pop Hotel Timoho mempunyai 126 kamar tamu dengan ukuran 16 meter persegi yang menghadap pemandangan kota dengan pilihan ranjang twin sharing dan kingsized. Menyediakan ruang pertemuan yang berkapasitas total 250 orang. Surat kabar gratis di lobby area, koneksi wifi disekitar hotel, pelayanan laundry, wake up call, sewa sepeda motor dan area parkir yang sangat luas.
Setiap POP! Room dilengkapi dengan kotak safe deposit, sofa bed, gantungan baju, air mineral gratis, jaringan TV kabel dan penyejuk ruangan. Yang paling aku sukai adalah di kamar ini design simpel tapi sangat disesuaikan dengan kebutuhan orang yang ada di dalam nya, seperti ada tatakan meja panjang di dekat sofa bed, colokan listrik yang penempatan nya bikin nyaman banget bagi aku sang pemakai gadget. Kamar mandi yang terpisah dengan wastafel, sehingga masih leluasa ruang gerak kita saat mandi dengan shower.
Pada hari ini juga dilaksanakan Press Conference dan Green Opening POP! Timoho Hotel yang ikut serta berkontribusi bagi pelestarian lingkungan hidup dengan mendonasikan sejumlah tong sampah bagi pemerintah setempat. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka kampanye jaringan POP! Hotels tahun ini “Serve to Converse yang memiliki objektif meningkatkan kesadaran publik demi mencapai lingkungan sekitar yang sehat.
Acara Press Conference dan Green Opening ini dihadiri oleh petinggi dari TAUZIA Hotel Management, Pemilik PT Heidi Cahaya Berkat, Jajaran aparat pemerintahan setempat, Media dan Influencer dari Ibukota, serta media cetak dan online dari Yogyakarta dan sekitar nya.
Sebagai pelengkap acara adalah sajian musik akustik, tarian menarik dari teman teman POP! Hotel Timoho, serta dilanjutkan dengan ramah tamah sambil menikmati sajian makanan dan minuman yang yummy banget.
Selesai sudah acara 2 hari di Yogyakarta bersama POP Timoho Hotel dan deSADE dream holiday, saat nya kami semua balik ke Jakarta dengan membawa banyak cerita. Tapi sebelum ke Bandara, kami diajak mampir ke POP! Hotel Sangaji yang ada di kota Yogyakarta dan merupakan pendahulu POP Hotel Timoho.
Nah, aku sudah kenalan dan memperkenalkan POP Hotel Timoho kepada kalian semua, tapi kalau pengen tahu lebih dekat lagi bisa langsung klik www.pophotels.com dan kepoin sosial media nya di @pophotels