Belajar dari sebuah perjalanan

8
838
Teman Seperjalanan
Teman Seperjalanan

Kabupaten Bojonegoro, sebuah kabupaten yang ada di provinsi Jawa Timur. Berbatasan dengan banyak kabupaten seperti Tuban, Lamongan, Nganjuk, Madiun, Ngawi dan Blora. Aliran Sungai Bengawan Solo melewati kabupaten yang mempunyai 28 kecamatan dan saat ini sedang menggali potensi wisata alam nya.

Bojonegoro
Bojonegoro Matoh

Salah satu wisata alam yang jadi unggulan kabupaten ini adalah Negeri Atas Angin, berada di Desa Deling, Kecamatan Sekar. Foto foto tentang keindahan lokasi wisata ini bisa dilihat saat menurunkan kursor mouse di laptop atau komputer kalian. Beberapa penulis blog atau media juga sudah menceritakan segala hal tentang fakta dan legenda dari tujuan wisata ini.

Bojonegoro Matoh
Negeri Atas Angin

Oleh karenanya, kali ini aku lebih ingin menceritakan apa yang aku dapat dari perjalanan dan seperti biasa aku selalu “mau” belajar dari sebuah perjalanan. Sekali lagi semua foto yang ada di halaman ini merupakan pelengkap dari cerita aku supaya kalian tidak bosan membaca tulisan yang aku coba tuangkan dengan cara yang berbeda dari biasanya.

Negeri Atas Angin
Hati hati di patok lho

Semuanya berawal dari ketidaksengajaan, ketika aku ikut serta salah satu open trip ke daerah Kalimantan aku bertemu dengan teman lama yang mungkin sudah lebih dari 10 tahun tak pernah bersua apalagi menyapa. Singkat nya, aku tahu ybs sekarang mengembangkan sebuah hotel di kota Bojonegoro yang diberi nama Dewarna Hotel.

Aku menyusuri jalanan setapak yang semakin menanjak, pikiran kembali mengingat memori tentang pembicaraan saat itu, sambil bercanda aku mengatakan ingin bermain ke kota Bojonegoro sekaligus mengajak teman teman penulis yang mempunyai tujuan yang sama. Gayung bersambut, bukan sekedar janji yang diumbar, sampai tiba saatnya aku berada di sini, menginjakkan kaki di tanah basah Negeri Atas Angin akibat sisa guyuran hujan.

Bojonegoro Matoh
Nanjak yukkk

Iya, aku di sini, tempat duduk dari bambu ini cukup buat kami berlima untuk melepas lelah sejenak. Kami menjadi bagian dari sebuah komunitas yang dikenal dengan nama TBI (Travel Bloggers Indonesia). Aku, Mas Edy yang baru pertama kali bertemu, tetapi aku sudah mengenal lewat tulisan nya yang “apik” sejak beberapa tahun yang lalu, Imama gadis berkerudung yang terlihat lembut tetapi tahan banting beberapa kali jadi teman seperjalanan, Leonard adalah teman yang menjadi pembuka jalan aku untuk bisa bergabung dalam komunitas TBI, dan Tracy yang aku tahu bahwa ybs sepaham mengenai cara menikmati sebuah perjalanan apapun kendalanya saat menjadi “travelmate” di Alor.

Teman Seperjalanan
Santai sejenak

Iya, masih separuh jalan, kami harus kembali mendaki menuju puncak bukit. Kami berjalan beriringan, sesekali mengambil gambar dan melakukan aktifitas masing masing. Aku sendiri tak melewatkan untuk sengaja mengabadikan gambar hati yang sengaja diukir di bebatuan, entah oleh siapa. Ekor mataku sempat melihat Mas Edy sedang berbicara dengan bapak penjual minuman dingin, jiwa penulis pikirku saat itu, haus akan informasi. Sementara Imama mengingatkan untuk bergegas naik karena gerimis datang lagi.

Bojonegoro Matoh
Pertanda apa ini?

Jalan setapak semakin menanjak, ada bagian yang sulit harus kita lewati, karena tanah yang tidak terlalu padat dan gerimis semakin rapat. Kami saling bantu untuk bisa melintasi nya. Aku selalu percaya bahwa alam akan bersahabat dengan kita jika kita menjadikan nya “teman”.

Bojonegoro Matoh
Tanjakan terjal

Sesampai kami di atas bukit, air dari langit seakan jatuh tanpa ada penyaring sama sekali, beruntung kami berlima sempat mendapatkan tempat berteduh sementara, walau kondisinya bisa dibilang sangat darurat. Kami saling terdiam, sibuk dengan pikiran masing masing sambil melihat pemandangan sekeliling yang sangat indah, meskipun di sisi lain terlihat kesibukan para penjual minuman yang merapikan barang dagangan nya agar tidak basah karena hujan.

Bojonegoro Matoh
Kedai sederhana di atas bukit

Hujan kembali reda, kami saling memandang satu dengan yang lain, serta merta mengeluarkan kamera masing masing. Berjalan bersama menuju arah bebatuan bertumpuk, mengingatkan aku pada film yang mengambil latar belakang jaman batu. Bergantian kami berpose, mengambil sudut gambar yang terbaik untuk nanti nya keperluan memperkenalkan wisata alam yang sudah kami kunjungi. Yah… itulah salah satu tugas aku dan teman teman sebagai travel blogger.

Bojonegoro Matoh
Tumpukan batu

Kami sudah berhasil sampai di Bukit Cinta yang memang mempunyai legenda. Sekali lagi sengaja aku tidak mengulas tentang legenda tersebut, tapi buat kalian yang penasaran pengen tahu, bisa membaca dari tulisan teman seperjalananku. Aku lebih ingin menikmati “cinta” yang alam berikan saat aku menikmati perjalanan ini, seperti yang tertulis pada potongan papan kayu di bawah ini.

Bojonegoro Matoh
Puisi alam

Kami kembali duduk berlima di atas bebatuan yang kokoh, menikmati pemandangan alam yang sangat indah dan sulit diungkapkan dengan kata kata, apalagi untuk menuliskan nya dengan versi aku, Ketika aku mencoba menulis bergaya puitis, beberapa teman ku penulis yang lain akan menertawakan aku setiap kali bertemu, mengulang kata kata yang pernah aku tulis ketika menggambarkan apa yang memang sebenarnya aku rasakan. Jadi sekarang aku berpikir mungkin dengan tampilan gambar ini setiap orang bisa mempersepsikan keindahan alam Negeri Atas Angin ini seperti apa tanpa aku harus menuliskan nya secara “syahdu”

Bojonegoro Matoh
Indah nya panorama dari bukit Cinta

Puas menikmati keindahan panorama alam Negeri Atas Angin dari Bukit Cinta, kami melanjutkan perjalanan ke area yang lebih tinggi. Seorang bapak mengatakan bahwa ada Goa yang bagus untuk dilihat, sehingga kami memutuskan untuk menyaksikannya sendiri.

Bojonegoro Matoh
Jalanan menuju Goa

Sayang nya ketika melewati perkebunan ini, gerimis kembali datang, mulai dari titik air kecil, semakin rapat dan akhirnya hujan deras turun tanpa ada halangan membasahi tubuh kami. Seperti biasa aku selalu mengatakan “untungnya” masih ada pohon besar yang mengijinkan kami untuk berteduh. Kami semua sibuk melindungi kamera dan gadget yang dibawa tanpa menghiraukan tubuh yang sudah kuyub, seakan itulah nyawa kami. Saat itu aku bingung karena hanya membawa tas pocket yang bukan anti air dan itu sudah penuh dengan barang bawaan lain nya, sedangkan tangan lain memegang kamera.

……………………………………………………..

Masih ingat tulisan aku di atas:

Ekor mataku sempat melihat Mas Edy sedang berbicara dengan bapak penjual minuman dingin, jiwa penulis pikirku saat itu, haus akan informasi

Kadang apa yang kita lihat dan persepsikan sendiri menurut pikiran kita itu sangat berbeda. Kalau persepsi itu baik meskipun salah tapi tak jadi masalah, tapi kalau persepsi kita negatif bukankah itu menjadi fitnah.

Kejadian yang sebenarnya adalah : Mas Edi menghampiri penjual minuman dingin itu dengan tujuan membeli kantong plastik, karena teman seperjalanan ku ini sudah memperkirakan bakal hujan di atas nanti.

…………………………………………………..

Semua mendapat kantong plastik sodoran dari tangan Mas Edy, membungkus semua perlengkapan elektronik yang kami bawa, senyum mengembang karena “kami” merasa aman. Menikmati guyuran hujan yang membasahi tubuh, tanpa ada satupun kata umpatan atau keluhan terhadap apa yang diberikan oleh alam. Bersyukur sekali mempunyai teman seperjalanan seperti kalian semua, dan aku kembali belajar dari sebuah perjalanan

Bojonegoro Matoh
Perkebunan sepanjang jalan

Sebuah catatan perjalanan saat aku bersama Mas Edy, Imama, Leo dan Tracy berkunjung ke Kabupaten Bojonegoro atas prakarsa Derwarna Hotel. I miss you all, sampai ketemu lagi di perjalanan lain yang akupun tak tahu kapan dan dimana. Yang pasti setiap perjalanan selalu ada cerita.

8 COMMENTS

  1. Waah, jadi kangen semuanya. Hehe. Semoga saya bisa gabung kalo ada event TBI lainnya.

    Btw, koko ini menjunjung tinggi filosofi Jawa ya, selalu bilang “untung” dalam kondisi apa pun. Mantaaap, ko!

  2. Whoaaa… Aku belum pernah ikutan ngetrip bareng anak2 TBI. Kalo meet up baru sama kak oliv dan ocit. Ayoo koh, ke Aceh biar kita bisa kopdar

  3. Ayam-ayam itu galak, kak! Tc masih ingat mereka bunyi2 waktu kita mau lewat. 😀 Jadi kangen perjalanan ini, yang sudah lama diomongkan akhirnya sudah berlalu. Kapan lagi? Yukkss…huehehhehee…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here