Malam ini aku ingin menikmati wisata kuliner di Tanjung Pinang lagi, tapi lokasi yang berbeda. Namanya Melayu Square, lokasi di kawasan Monumen Raja Haji Fisabillilah tepi laut Tanjung Pinang.
Saat aku sampai lokasi, jam di tangan ku sudah menunjukkan pukul 20.05, suasana remang2 dan alunan musik sudah terdengar sejak aku turun dari kendaraan.
Saat aku sampai lokasi, jam di tangan ku sudah menunjukkan pukul 20.05, suasana remang2 dan alunan musik sudah terdengar sejak aku turun dari kendaraan.
Beda dengan Akau Potong Lembu, di sini pengunjungnya mayoritas anak muda, dan info dari teman, kalau sabtu malam atau minggu sore, di tempat ini banyak dikunjungi muda mudi yang berpasangan.
Seperti biasa aku memilih tempat duduk yang strategis, supaya bisa menikmati suasana dan memandang sekeliling dengan nyaman.
Seperti biasa aku memilih tempat duduk yang strategis, supaya bisa menikmati suasana dan memandang sekeliling dengan nyaman.
Setelah memesan minuman, aku beranjak dari kursi untuk melakukan pemesanan makanan ke kedai2 yang ada di lokasi. Aku perhatikan satu persatu menu yang dijual oleh masing2 kedai, ternyata di sini variasi makanan yang dijual tidak terlalu banyak, karena beberapa kedai menjual menu makanan yang sama. Seperti misalnya: aneka seafood, kedai minuman, martabak mesir, pisang goreng dan asian food. Dan aku tanya teman, rata2 kalau dari segi rasa, semua hampir sama.
Akhirnya setelah melihat langsung ke kedai, aku memesan martabak mesir dengan pilihan beberapa isi seperti ayam, telur atau daging.
Dan tidak ketinggalan aku memesan pisang goreng coklat yang juga cukup layak buat dicoba, dengan cara penyajian yang unik, dan harga yang terjangkau. Seporsi 12.000 rupiah bisa buat berdua.
Sambil menghabiskan pesanan makanan aku, kebetulan ibu wiwik penjual pisang goreng berasal dari pulau Jawa, mengajak aku ngobrol dan menceritakan pengalaman dia selama tinggal di Tanjung Pinang dan berceloteh mengenai kota Malang yang merupakan lahir bu wiwik dan aku.
Tak terasa malam telah larut dan suara angin dari laut yang ada di depan Melayu Square terasa semakin keras, karena bulan Januari merupakan waktu dari angin utara masuk ke siniā¦
Tak terasa malam telah larut dan suara angin dari laut yang ada di depan Melayu Square terasa semakin keras, karena bulan Januari merupakan waktu dari angin utara masuk ke siniā¦