Melaka, Aku harus kembali…

22
3027
Melaka World Heritage City
Melaka World Heritage City

Apakah ini kegagalan dalam sebuah perjalanan? Aku sendiri tak tahu jawabannya, tapi yang jadi pertanyaan mendasar adalah: “kata temen, jalan jalan di Melaka tanpa harus menginappun bisa, kenyataan yang terjadi padaku sungguh bertolak belakang”.

Cerita ini aku tulis, ngasal aja supaya bisa melampiaskan semua yang aku rasakan dan tolong jangan dijadikan patokan jika kalian mau jalan jalan ke Melaka hehe. Apa yang terjadi dengan perjalananku selama mengunjungi kota Melaka yang notabene 2 Hari 1 Malam?

Berencana berangkat dari Kuala Lumpur pukul 08.00 pagi, tapi karena kecapekan beberapa hari sebelumnya, aku baru terbangun pukul 08.30. Sudah jadi kebiasaan ritual di pagi hari, aku menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam. Benar saja sekitar pukul 09.30 aku baru keluar dari kamar mandi. Oiya, jadi selama beberapa hari di Kuala Lumpur, aku sebenarnya berlibur bersama keluarga besar, dan saat ke Melaka ini aku justru solo traveling. Alhasil sebelum berangkat, aku harus berpamitan terlebih dahulu. Adegan sinetron ala ala tak terelakkan, cium pipi kiri dan kanan kepada semua sanak saudara aku lakukan, belum lagi mami aku menciumku sambil memberikan pesan pesan dan sedikit titipan yang mau nggak mau aku terima hehe…

Doengggg…pukul 10.00 tepat, baru aku bisa meninggalkan Hotel Berjaya Times Square, memesan taxi Uber (ini beneran bukan sponsor, tapi emang merupakan alternatif moda transportasi yang murah dan nyaman di Malaysia lho) dengan tujuan Bandar Tasik Selatan Station. Beruntung karena beberapa hari yang lalu, aku baru melakukan registrasi aplikasi Uber dan memasukkan kode promo dari salah satu keponakan, sekarang aku mendapat potongan dengan hanya membayar 2 RM (btw penting nggak sih ini ditulis hehe)

Sampai di stasion yang maksudnya terminal bus, aku segera mencari konter penjualan tiket, beruntung aku masih bisa mengejar bus dengan keberangkatan pukul 11.00. Ada beberapa pilihan bus dengan harga yang berbeda: KKKL -> 13.40 RM (30 seat), Mayangsari -> 11 RM (44 seat), Delima -> 10 RM (44 seat). Sebenarnya aku memilih KKKL karena meskipun paling mahal tapi jumlah seat nya cuma sedikit, tapi sayangnya penuh. Jadi aku memutuskan untuk naik Mayangsari (ups maksudnya naik bus Mayangsari, bahaya kalau salah nulis bisa kena cekal nanti)

Melaka
Tiket Mayangsari

Seperti biasa, meskipun selalu ngaku sebagai traveler sekaligus travel blogger, tapi jujur aku bukan traveler sejati yang bisa menceritakan secara detail apa yang aku lihat selama dalam perjalanan  dari satu tempat ke tempat lain nya. Alasannya cuma satu, aku ini “pelor” banget alias nempel langsung molor, jadi aku selalu tertidur dan baru akan kebangun saat merasa banyak gerakan orang yang sibuk menurunkan barang dan berebut ingin turun karena sudah sampai di tujuan.

Aku melirik jam tangan, pukul 14.15, segera aku mengambil koper dan mencari arah jalan keluar dari Melaka Sentral. Karena sudah terlalu siang, aku tak ingin membuang waktu lagi, tanpa pikir panjang langsung memesan taxi, dan seperti biasanya sopir taxi memberikan harga seenak dia makan gula gula. 20 RM, ketika aku tanya dengan tujuan RC Hotel, tempat aku menginap (Bayangkan saja naik bus antar kota dengan lama perjalanan 2 jam lebih aku membayar 11 RM, sedangkan taxi dalam kota yang aku lihat di map hanya sekitar 15 menit dikenakan biaya 20 RM) tapi ya sudahlah aku anggap amal, dengan harapan mendapat pengembalian yang lebih besar…lah kok malah pamrih hehe

14.45 barulah sampai di RC Hotel, yang merupakan tempat aku menginap. Pelayanan dari resepsionis hotel ini sangat cepat dan jelas membuat aku tersenyum bahagia (ternyata beneran ya, bahagia itu sederhana). Bergegas naik ke lantai 3, karena aku mendapat kamar dengan nomor 318. Ketika pintu kamar berhasil aku buka, rasa bahagia menjadi makin lebih, karena bentuk kamarnya sesuai dengan foto yang aku lihat saat memesan secara online. Seperti sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, saat masuk kamar hotel pertama kali, yang aku lakukan adalah mengambil gambar kamar dari beberapa sudut dan segera upload di sosial media supaya terlihat kekinian.

Melaka
Kamar aku di RC Hotel

Selanjutnya, aku mulai bongkar koper dan berganti pakaian, karena berencana untuk mengambil gambar dengan latar belakang bangunan bersejarah yang memang jadi icon kota Melaka untuk keperluan blog dan instagram. Semua “peralatan perang” aku bawa dan supaya tidak tercecer aku masukkan ke dalam tas.

Melaka
“Peralatan perang” yang aku maksud

Sekitar pukul 16.15 aku baru berhasil meninggalkan kamar hotel, rasa lapar mulai terasa, karena sejak pagi tadi, perutku hanya terisi roti abon, coklat dan air mineral. Sebelum meninggalkan hotel, aku bertanya kepada salah satu staff hotel, tempat makan dengan menu chicken rice ball yang terkenal di sini. Tapi ternyata, tempat makan tersebut hanya bukan sampai selesai jam makan siang. Aku memutuskan untuk langsung jalan keluar dengan pikiran akan mudah menemukan kedai makan. Bergaya seperti turis yang menikmati sebuah destinasi yang baru dikunjungi, ketika melintasi jalan dan menemukan sebuah bangunan yang terlihat unik aku berhenti sambil mengambil gambar dengan menggunakan handphone.

Melaka
Bangunan unik di sepanjang sungai

Tak terasa aku berjalan makin jauh dan belum menemukan makanan yang sesuai dengan keinginan, beberapa kali melewati tempat makan yang menjual masakan India atau Chinese tapi tidak ada yang menggunakan menu dalam bahasa Inggris atau Melayu, jadinya aku lewati begitu saja.  Cacing yang tadinya masih kecil, kayak nya sekarang sudah menjadi naga di perut aku, dari kejauhan aku melihat bangunan sangat modern dengan bertuliskan “The Shore” dan tampak gambar burger di bawahnya, setengah berlari aku berusaha untuk bisa sampai dan masuk ke bangunan tersebut. Benar saja ini salah satu mal di Melaka dan di dalamnya banyak menjual makanan, tapi tentunya semua jenis fast food dan itu ada di Indonesia hehe…tapi mau nggak mau aku harus memilih resto “Nando’s” dengan menu Chicken Peri Peri, bayangkan jauh jauh ke Melaka, bukan nya bertemu bangunan “heritage”, malahan aku masuk pertokoan dan tidak menyantap menu tradisional. Pengen nangis nggak sih 

 

Melaka
Salah satu mal di Melaka

Selesai makan jam 18.00, aku segera meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut dan untung saja jam segini di Melaka masih terang, aku memutuskan untuk balik ke hotel dengan menggunakan bantuan google map. Alasannya, aku mau meletakkan kembali semua “peralatan perang” yang sejak tadi hanya aku bawa dan tidak aku keluarkan sama sekali dan malah jadi beban hehe… Sedikit terhibur ketika dalam perjalanan kembali ke hotel mendapatkan beberapa lokasi yang layak buat difoto.

Melaka
Jembatan di atas sungai dengan kapal yang melintas
Melaka
Ketemu juga ama mural yang keren

Sampai di hotel, aku meletakkan semua barang bawaan yang memberatkan tadi, terus langsung turun lagi, tapi sekali lagi memastikan di peta, sebenarnya di mana letak bangunan yang memang jadi incaran para turis kalau ke Melaka. Kembali aku berjalan keluar dari hotel dan ternyata baru tahu kalau tadi harusnya aku langsung belok di perempatan pertama dan bukannya lurus, pantas saja kesasar sampai ke mal hehe.

Melaka
Peta yang menunjukkan lokasi hotel

Finally aku menemukan bangunan gereja merah yang memang jadi tujuan wajib kalau kalian ke Melaka, dan sekarang merasa yakin juga kalau pilihan hotel aku tepat banget, padahal tadi sudah berpikir kalau dibohongi oleh review yang mengatakan hotel aku dekat dengan Red Church. Di area gereja ini sangat ramai dan memang menjadi pusat dari berkumpulnya beberapa tempat yang menarik buat dilihat, juga dari jembatan yang aku lewati terlihat beberapa wisatawan yang melintas di sungai dengan menggunakan boat. Tak ketinggalan aku segera mengambil gambar, mumpung langit masih bagus.

Melaka
Bangunan Gereja merah yang jadi icon Melaka
Melaka
River Cruise

Hari menjelang malam, Melaka semakin nampak berbeda, lampu lampu kota mulai menyala dan aku berada di lokasi yang tepat kali ini. Jonker Walk, merupakan pasar malam yang pada saat weekend buka mulai sore dan baru akan tutup pada pukul 12 malam. Menjual segala macam jenis apa saja yang bisa dijual (tapi masih dalam batasan yang layak jual lho) mulai dari makanan dan minuman, souvenir, asesoris gadget dan lain sebagainya. Semakin malam jalanan ini semakin rame dan aku dibuat larut dalam suasananya.

Melaka
Jonker Walk
Melaka
Makin malam makin ramai

Karena keasyikan di pasar malam, aku baru balik ke hotel sekitar pukul 12.30, sehingga terlambat tidur. Keesokan harinya, aku kembali mengulangi kesalahan yang sama, pasang alarm dan minta wake up call jam 06.30, baru terbangun 1,5 jam kemudian. Padahal jam 17.55 aku harus kembali ke Bandung dari Kuala Lumpur.

Estimasi jam 11.00 harus check out dari RC Hotel, berarti sekarang aku masih mempunyai waktu sekitar 2 jam untuk menikmati kota melaka. Aku memutuskan untuk menyewa sepeda, supaya lebih cepat dalam bergerak. Tujuan pertama, aku harus mencoba makan Hainan Chicken Rice Ball yang sangat terkenal, mengayuh sepeda dengan kencang dan untungnya kedai sudah buka dan antrian belum panjang. Aku memesan 1 porsi nasi ayam Hainam dan segelas es teh.

Melaka
Hainan Chicken Rice Ball

Aku mengayuh sepeda kembali dan berusaha semaksimal mungkin bisa mengambil gambar bangunan heritage yang ada, Berikut yang berhasil aku abadikan, di antaranya:

Melaka
Bangunan gereja Katholik
Melaka
Salah satu hotel di Melaka yang “bagus”
Melaka
Hard Rock Café di pinggiran sungai

Pukul 10.30 aku sudah sampai di hotel, mandi dan langsung check out. Naik uber kembali ke Melaka Sentral dan mencari konter penjualan tiket, kali ini aku langsung ke Bandara KLIA2 dengan menggunakan bus Transnasional dengan biaya sebesar 24.30 RM. Jadi inilah pengalaman perjalanan aku ke Melaka, dan buat kalian yang sudah membaca sampai tuntas, aku ucapkan terimakasih dan coba bandingkan dengan tulisan orang lain tentang Melaka, pasti mereka lebih banyak menemukan bangunan bersejarah lain nya. Oleh karenanya, karena kegagalan ini, aku mematri dalam hati dan pikiran untuk bakal kembali ke Melaka lagi dan tinggal lebih lama hehe….hikssss

22 COMMENTS

  1. ….sopir taxi memberikan harga seenak dia makan gula gula….

    ini bikin tc ngakak. Hahahaha….Kokoh macam dikejar setoran gituuu…balik lagi koooo lain kali! 😀 Btw, foto2nya bagus, ko 🙂

  2. Aku Oktober balik dari India lanjut Melaka, Koooh. Boleh banget lhooo kalau mau ikutaaan. Aku axa waktu 7 hari di Malaysia. Masih mikir apakah mau ke Melaka aja atau ke Penang juga atau malah bablas JB dan Singapore. Hihihi.

  3. KOH, KITA PUNYA KESAMAAN!!! Kalau udah capek dan ngantuk, rasanya paling males dengan bangun pagi. Bodo amat deh sama hunting sunrise or whatever hahaha. Jaman-jaman pertama backpackeran, aku masih mencoba bangun pagi. Lama-lama aku rasain, traveling dengan mata mengantuk itu nggak nikmat banget. Sekitar 2 tahun terakhir, aku udah berhenti kejar setoran, dan mengunjungi tempat-tempat sesanggupnya sesuai kondisi tubuh. Lebih baik sedikit tapi dinikmati, daripada ke banyak tempat tapi dalam kondisi mengantuk dan bad mood.

    Btw cerita kokoh di sini kayak pengalamanku pas traveling ke Singapura pertama kali tahun 2013. Karena kurang riset, akhirnya banyak nyasar dan banyak obyek wisata yang di-skip. Setelah itu, aku biasain bikin itinerary sebelum traveling. Aku nggak mau melewatkan tempat menarik di situ, tapi juga tetap fleksibel, jadi kalau ada perubahan ya nggak masalah.

    Kokoh mending udah berhasil ke Melaka. Februari lalu aku harusnya ke sana tapi harus dibatalkan karena pekerjaan hik hiks. That’s why I then quit my job hahaha…

  4. Jadi rush banget ya koh, ga bisa menikmati, enjoy ala-ala, nyari spot instagramable, lepas kancut dan lain lain yak hahaha..
    Kalo yang model traveling cepet-cepet gini mending ada temennya koh biar bisa saling ngingetin. Nah, ntar klo balik lagi coba wisata sejarah Melaka nya koh, ada Om Eddie disana yang kece banget.

  5. Sayangnya aku batal ke Melaka hari itu, jadi kita bakal kopdar di sana deh hehehe
    Btw, emang harus balik lagi ke Melaka ko. Cobain River Cruise nya, trus cobain Asam Laksanya, terus lebih ngulik bangunannya, dan jangan bangun kesiangan hahaha.

    Kalau mau murah dari Melaka Sentral naik bus Panorama Malaka no. 17 aja ko. Cukup nyaman, dan dalam waktu setengah jam udah sampai di dalam kota tua Melaka ko.

    O iya, aku penasaran sama alat perangmu yang merk nya Yunteng itu. Ujungnya kaya ada dudukan khusus GoPro nya. Boleh dong infonya …

  6. I like material like this. This is a great article and I really enjoyed reading it.

    You have an original style that makes your ideas stand out from other writers.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here