Krakatau, kisah sebuah perjalanan

12
851
Krakatau
Krakatau

Terimakasih sudah jadi teman perjalanan, tanpa harus tahu terlebih dulu tahu siapa aku. Tidak ada sesuatu yang kebetulan, baik itu tempat maupun waktu. Thanks to be my travelmate – Medio 13 Agustus 2017

Kurang lebih dua minggu sebelum berangkat ikut open trip ke Krakatau yang masih masuk wilayah Lampung, aku sempat bingung dengan pilihan moda transportasi yang harus kugunakan untuk bisa sampai di Pelabuhan Merak yang menjadi titik meeting point. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku ke Merak, tapi yang bikin beda karena harus berangkat dari Bandung.

Sebenarnya ada bus langsung dari Terminal Leuwipanjang Bandung menuju ke Pelabuhan Merak, tapi kok kurang merasa pas di hati. Jadi setelah mempertimbangkan segala hal, terutama dari segi kenyamanan, aku memutuskan untuk naik travel dari Bandung menuju Bandara Soekarno Hatta, dan dari situ aku melanjutkan perjalanan dengan Bus Damri ke Pelabuhan Merak. Memang waktu yang dibutuhkan lebih lama, tapi bukan aku kalau tidak bisa menikmati sebuah perjalanan. Pukul 13.15 start dari Bandung, sampai di Merak pukul 21.50 dan sempat makan malam di Bandara Soeta.

Krakatau
Travel dari Bandung ke Bandara Soekarno Hatta
Krakatau
Bandara Soekarno Hatta hanya untuk transit

Oiya jalan jalan dengan ikutan Opentrip seperti ini dulu sering aku lakukan, tapi sekarang berhubung dengan kesibukan yang boleh dibilang cukup lumayan, akhirnya aku jadi jarang banget melakukannya. Di satu sisi bersyukur banget, tapi di sisi lain aku merindukan sebuah perjalanan yang murni aku sebagai seorang traveler, menikmati segalanya dengan cara “aku”.

Aku turun dari bus, segera menghubungi kontak dari pihak penyelenggara opentrip, dan menanyakan dimana tempat berkumpul. Dengan mudah menemukan lokasi yang dimaksud, aku memperkenalkan diri kepada semua orang yang ada di sana, dalam hati aku berkata, mereka yang akan jadi teman perjalanan selama di Krakatau. Setiap genggaman tangan menjadikan perantara awal dari sebuah perkenalan.

Krakatau
Sampai di Pelabuhan Merak

Menunggu sambil duduk di pinggiran teras sebuah minimarket, aku mendengarkan celotehan beberapa peserta yang sudah saling kenal, aku suka memperhatikan gerak gerik masing masing orang , sesekali ikutan tersenyum. Tiga jam dihabiskan di sana, sampai tiba waktunya kita semua naik ke kapal yang akan menyeberangkan semua peserta dari Merak ke Pelabuhan Bakauheni.

Krakatau
Berangkat menuju Bakauheni

Setelah melewati pemeriksaan tiket, aku bersama rombongan berjalan menyusuri satu koridor yang memang mengarahkan kita pada pintu masuk ke dalam kapal. Sampai di dalam kapal kita sepakat untuk mencari tempat lesehan yang ber AC, supaya bisa memanfaatkan waktu sekitar 3 jam untuk beristirahat, maklum sekarang sudah pukul 02.00 dini hari dan akupun sudah mulai “teler”. Setelah mendapatkan posisi yang enak, aku menggunakan tas ransel sebagai bantal untuk tidur. Aku selalu bersyukur dan merasa bahwa ini adalah anugerah, karena dalam kondisi apapun aku orangnya paling gampang tidur. Benar saja, walau hanya tidur di atas papan kayu tanpa alas, aku bisa terlelap.

Aku terbangun, ketika merasa ada banyak orang yang bergerak dan lalu lalang serta tak lama kemudian terdengar suara terompet kapal yang berbunyi pertanda kapal sudah berlabuh. Aku melirik jam tangan, pukul 05.15. Segera bergegas keluar dari kapal, sebagian peserta open trip meminta ijin untuk melaksanakan sholat subuh, aku memanfaatkan waktu ini buat ke toilet dan belanja cemilan karena takutnya di homestay susah buat mendapatkannya. (tapi kenyataannya tidak, karena di homestay ada warung yang menyediakan snack dan minuman dingin, bahkan kalau pengen mie instant juga ada)

Sekitar pukul 06.30, kami semua diajak ke pelataran parkir dari Pelabuhan Bakauheni untuk naik angkutan umum yang biasa aku sebut “mikrolet”, masing masing diisi sebanyak 10 orang. Dari sini, tujuan berikutnya adalah ke Dermaga Canti yang ada di Kalianda. Normalnya memerlukan waktu sekitar 1 jam lebih, tapi karena “kehebatan” atau “kegilaan” sopir angkot yang berhasil memporak porandakan semua penumpang saat ditikungan, dalam waktu 45 menit, mobil sudah merapat di parkiran dermaga.

Krakatau
Dermaga Canti

Sampai di dermaga Canti, kita diberitahu bahwa boleh makan pagi dulu dengan pilihan beberapa warung yang ada disana, selain itu dipersilakan buat berganti pakaian yang layak dipergunakan untuk snorkeling. Karena dari dermaga ini, kita langsung menuju beberapa spot wisata yang ada di seputaran Krakatau. Nah, buat kalian yang memang ikutan opentrip seperti aku di kemudian hari, sebaiknya prepare membawa perlengkapan ganti yang simple, karena saat mau berganti pakaian, kita menggunakan kamar mandi yang sama dengan peserta lainnya yang mau melakukan kegiatan mandi dan “BAB” dan jumlah kamar mandinya hanya 4 bilik, bisa dibayangkan antrian nya khan.

Krakatau
Antrian Kamar Mandi di Dermaga Canti

Sekitar jam 09.00, aku bersama rombongan naik ke kapal boat yang berkapasitas kurang lebih 100 orang, berangkat menuju Pulau Sebuku Kecil. Sebagian orang orang yang ikutan opentrip ini memilih untuk duduk di dek kapal daripada di dalam kapal, sehingga justru ruangan dalam lebih kosong. Kapal yang aku tumpangi segera beranjak meninggalkan dermaga dan memecah ombak di laut lepas.

Krakatau
Duduk di atas Dek kapal, harus mengutamakan keselamatan
Krakatau
Ombak di tengah lautan

Perjalanan dari Dermaga Canti sampai di Pulau Sebuku Kecil kurang lebih satu jaman, di pulau ini kami semua turun ke pinggiran pantai yang indah dan dipersilakan untuk mengambil gambar sepuasnya, akupun tak menyia nyiakan untuk berfoto dengan bantuan guide dari penyedia opentrip. Setelah puas di Sebuku Kecil, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Sebuku Besar tepatnya ke perairan Geligi, dimana kita akan melakukan snorkeling pada spot pertama. Sedikit disayangkan, cuaca siang ini rada mendung, sehingga terumbu karang kurang tampak dan airnya tidak “clear”.

Krakatau
Pulau Sebuku Kecil

Seharusnya, dari spot snorkeling yang pertama, sesuai itinerary aku sekarang menuju ke Pulau Cemara Satu yang merupakan spot snorkeling kedua, tapi sayangnya arus ombak di laut terlalu besar, sebagian peserta opentrip malah sudah terlihat lemas karena mual, kebanyakan mereka tidak ikut turun snorkeling. Sehingga diputuskan untuk menuju homestay dengan keperluan makan siang dan istirahat.

Hanya sekitar 30 menit, aku dan rombongan sampai di Pulau Sebesi, kapal boat merapat ke dermaga dan kami bergantian turun dengan membawa tas masing masing. Berjalan kaki menuju homestay yang tampak dari kejauhan. Cukup lumayan juga pikirku. Aku melangkah melintasi dermaga kayu. Ada langkah kaki yang persis di samping aku, dan aku memperlambat langkahku, karena mendengar sapaan dari orang tersebut.

Mas, ikutan open trip sendirian? (Kemungkinan terlihat dari tadi aku sendiri saja)

Iya, jawabku. Sudah biasa kok. Kalau kamu?

Aku bareng temenku Mas, tuh 3 orang di belakang kita. (Aku menoleh dan tersenyum)

Kami melangkah bersama sambil berbincang, sampai akhirnya berada di pelataran homestay. Menunggu info pembagian kamar dari “pic” opentrip, karena satu kamar bisa diisi sampai 10 orang. Karena aku sendiri, jadinya pasrah aja mau dapat kamar yang mana, sekali lagi aku tertegun, mendengar ajakan untuk sharing kamar yang sama. (Oiya mereka berempat, 2 cowok dan 2 cewek). Karena temen yang cewek pengen bergabung dengan kamar khusus cewek, jadinya kami harus mencari 7 orang lagi yang mau sekamar bareng.

Krakatau
Homestay dimana aku tingal selama di Pulau Sebesi

Obrolan aku berlanjut ketika waktu istirahat setelah makan dan mandi, ternyata mereka berempat adalah Mahasiswa Undip Semarang yang sedang praktek kerja di sebuah pabrik di Cilegon, kebetulan weekend mereka manfaatin untuk jalan jalan. Oiya teman baruku ini bernama Gebyar, Hanif, Tika dan Mutia. Selanjutnya aku akhirnya juga tahu kalau Gebyar dan Hanif adalah anggota Mapala Oxygen-16

Percakapan singkat saat turun dari Dermaga Sebesi tadi, ternyata membuat sisa perjalanan yang masih panjang di Krakatau semakin menyenangkan. Dimana secara tiba tiba aku tidak merasa sendiri dan mempunyai “travelmate” bahkan sekaligus empat orang. Obrolan panjang lebar aku terhenti, ketika mendengar pengumuman bahwa semua peserta diminta segera berkemas untuk melanjutkan kunjungan ke Pulau Umang. Benar saja, keseruan awal terjadi di pulau yang dikenal sangat indah, hamparan batuan menyerupai pulau Belitung bisa kita saksikan di sini.

Dari pengalaman aku mengambil gambar dan menemukan spot foto aku arahkan buat mereka, keriuhan saling bergantian berpose menambah keakraban yang datangnya tanpa dipaksakan dan sangat singkat.

(sebagai bukti, perhatikan foto yang paling atas dari tulisan aku ini, foto polaroid itu diberikan mereka kepada aku sebagai tanda pertemanan)

Krakatau
Pulau Umang

Puas menikmati Pulau Umang sampai senja menjelang malam, kami bergegas kembali ke kapal untuk balik homestay. Sisa malam ini kami gunakan untuk makan malam dan segera beristirahat, karena besok kita semua harus siap pukul 04.00 subuh, untuk mendaki anak Krakatau


Mata masih terlalu berat untuk dibuka, ketika aku mendengar teriakan dari luar kamar yang bertujuan membangunkan semua peserta agar segera bersiap menuju kapal dan berangkat menuju pinggiran pantai dari anak Krakatau. Aku segera bersiap, dan berjalan menuju kapal, beruntung kali ini aku memilih duduk di bagian dalam, karena selama perjalanan, ombaknya cukup kencang dan aku bisa melanjutkan tidurku.

Benar benar bersyukur mengenal Gege, Hanif, Tika dan Muthia; meskipun Anak Krakatau yang kita daki tidak terlalu tinggi, tapi cukup menyenangkan, karena aku mempunyai teman ngobrol serta saling sharing menimba pengalaman masing masing, sampai akhirnya kita semua bisa sampai ke puncak Anak Krakatau.

Krakatau
Jalur Pendakian Anak Krakatau
Krakatau
Puncak Anak Krakatau

Dengan berhasilnya kami menginjak bagian dari puncak anak Krakatau, opentrip yang aku ikuti juga selesai, tinggal waktunya buat kembali ke rumah masing masing, menempuh perjalanan yang sama tapi ini dibalik arahnya, dari Homestay di Sebesi menuju ke Pelabuhan Merak.

Krakatau, kisah sebuah perjalanan yang aku bagikan sebagai pengalaman yang tidak hanya terjadi sekali saja pada diriku, pesan yang ingin aku sampaikan: jangan takut untuk melakukan perjalanan “sendiri”, dan yakini bahwa dalam setiap perjalanan kita akan menemukan teman seperjalanan yang disebut “travelmate”

See You, when I See You Again. Thanks to be my Travelmate

(in frame : Gebyar, Muthia, Akoe, Tika dan Hanif)

Krakatau
Thanks to be my Travelmate

12 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here